WASHINGTON – Saat Amerika Serikat (AS) menimbun vaksin COVID-19, banyak negara berkembang masih berjuang untuk mendapatkan akses ke vaksin, sehingga memperburuk ketidaksetaraan akses vaksin, menurut media AS.
“Di India, hanya 1,4 persen dari populasi yang telah divaksinasi penuh, dan rumah-rumah sakit yang kewalahan kekurangan oksigen. Sementara itu, di Amerika Serikat, satu dari empat orang Amerika telah divaksinasi penuh dan lebih dari 40 persen warga telah mendapatkan setidaknya dosis pertama,” ungkap sebuah laporan yang diterbitkan oleh The Washington Post pada Minggu (25/4).
Negara-negara yang sangat membutuhkan vaksin menyerukan perubahan kebijakan di Washington, dan negara-negara Afrika seperti Namibia dan Kenya mengecam “apartheid vaksin”, sebut laporan itu.
Maria Van Kerkhove, seorang ahli epidemiologi dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), menggambarkan ketidakadilan vaksin global sebagai sesuatu yang “keterlaluan secara etika, moral, dan ilmiah.”
“Kita punya semua kayu bakar yang diperlukan untuk menyalakan api di mana-mana,” katanya dalam sebuah wawancara. “Kita (seperti) duduk di atas tong mesiu.”
Negara-negara dengan tingkat inokulasi tinggi mengalami penurunan infeksi COVID-19, sementara secara global, jumlah kasus baru per pekan hampir dua kali lipat sejak Februari, ungkap data WHO. [Xinhua]