HONG KONG – Seorang akademisi ternama Singapura pada Senin (17/5) meminta Amerika Serikat (AS) untuk meninggalkan mentalitas strategis usang dari abad ke-19 dan menghadapi berbagai tantangan yang sedang dihadapi dunia saat ini dengan memperluas kerja sama dengan negara lain.
“Permainan zero-sum dalam hubungan internasional yang diterapkan selama ribuan tahun tidak lagi diinginkan oleh orang-orang di abad ke-21,” kata Kishore Mahbubani, seorang peneliti terkemuka di Institut Riset Asia dari Universitas Nasional Singapura, dalam wawancara dengan Xinhua melalui tautan video.
Mahbubani mengatakan bahwa perang perdagangan terhadap China yang diprakarsai AS “tidak menolong para pekerja dan konsumen Amerika” dan tujuan AS untuk menghambat pembangunan China telah gagal, ujar Mahbubani.
“Dunia telah sepenuhnya berubah di abad ke-21, tetapi pemikiran para pemikir strategis Amerika masih terjebak di abad ke-19,” kata Mahbubani.
Di masa lalu, masyarakat dari berbagai negara seperti tinggal di perahu yang terpisah-pisah. Namun, berkat globalisasi, masyarakat saat ini berada di perahu yang sama, ujar Mahbubani, seraya mengutip perang global melawan pandemi COVID-19 sebagai bukti kuat.
“Umat manusia harus bekerja sama,” katanya. “Satu pesan besar saya untuk AS dan untuk pemerintahan Biden adalah tolong jangan menerapkan pemikiran strategis abad ke-19 di abad ke-21 ini.”
“Fokus pada tantangan kita bersama. Mari kita berantas COVID-19 terlebih dulu. Mari kita lawan pemanasan global bersama,” tambahnya.
Mahbubani mengatakan bahwa dirinya percaya negara-negara Asia harus berseru lantang menentang perang perdagangan yang dipicu oleh mantan Presiden AS Donald Trump. Pasalnya, perang tersebut juga merusak prospek pertumbuhan negara-negara Asia lainnya dan dunia secara umum.
Dengan karier diplomatik selama lebih dari 30 tahun, Mahbubani pernah menjadi duta besar Singapura untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Berbicara tentang bagaimana hubungan AS-China dapat mencairkan suasana, Mahbubani mengatakan “langkah pertama dalam mengembangkan kerja sama adalah mengembangkan pemahaman” dan menyerukan lebih banyak pertemuan tatap muka. Dengan begitu, kedua pihak dapat lebih memahami posisi dan kepentingan bersama satu sama lain. [Xinhua]