LONDON, 16 Maret (Xinhua) — Perdana Menteri (PM) Inggris Keir Starmer menegaskan kembali komitmennya untuk mencapai perdamaian abadi di Ukraina saat Inggris menjadi tuan rumah pertemuan virtual dengan lebih dari 25 pemimpin politik pada Sabtu (15/3) pagi waktu setempat. Meskipun demikian, tidak ada pengumuman mengenai langkah-langkah pertahanan yang terperinci atau yang telah diperbarui.
Dalam konferensi pers usai pertemuan virtual itu, ketika ditanya apakah ada komitmen konkret yang dihasilkan dari pertemuan tersebut, Starmer menyebut pertemuan itu telah membantu membangun momentum politik dan militer, dengan negara-negara yang berpartisipasi setuju untuk meningkatkan tekanan kolektif terhadap Rusia. Namun, dia tidak mengungkapkan langkah-langkah spesifik apa yang akan diambil pada “tahap operasional.”

Bersama dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron dan para pemimpin dari Kanada, Ukraina, Australia, Selandia Baru, dan Uni Eropa (UE), Starmer mendesak Rusia untuk “datang ke meja perundingan untuk menegosiasikan sebuah kesepakatan.” Dia juga mengumumkan rencana untuk menyelenggarakan pertemuan militer pada Kamis (20/3) mendatang.
Starmer menegaskan kembali sikap Inggris dalam mengamankan keterlibatan Amerika Serikat (AS) dalam pertahanan masa depan Ukraina, menekankan bahwa diskusi dengan AS terus berlangsung “setiap hari.”
Dia juga menyatakan bahwa Presiden AS Donald Trump berkomitmen untuk mencapai perdamaian abadi di Ukraina, seraya menambahkan bahwa hubungan dekat antara Inggris dan AS merupakan “dasar yang menjadi landasan perencanaan kami.”
Starmer menegaskan kembali kesediaan Inggris untuk mengambil peran utama dalam “koalisi negara-negara yang bersedia”, sebuah kesepakatan pascakonflik yang dia umumkan dua pekan lalu dalam KTT London (London Summit). Dia mengatakan Inggris bersedia mengerahkan pasukan di darat dan pesawat terbang di udara. Namun, dia tidak menjelaskan bagaimana negara-negara lain akan berkontribusi dalam koalisi tersebut.
Sang PM juga mengatakan kepada wartawan bahwa para pemimpin dalam pertemuan tersebut telah membahas pengetatan sanksi terhadap Rusia, termasuk langkah-langkah potensial untuk membekukan aset-aset Rusia di masa mendatang. Selesai