Foto yang diabadikan pada 5 September 2024 ini menunjukkan burung nasar hinggap di pohon di Maasai Mara, Narok County, Kenya. (Xinhua/Chrispinus Omar)
Populasi spesies margasatwa ikonis di Afrika, termasuk mamalia, reptil, ikan, amfibi, dan burung, telah menyusut 76 persen dalam 50 tahun terakhir, kata kelompok konservasi margasatwa dalam sebuah laporan yang dirilis pada Jumat (11/10) di Nairobi, ibu kota Kenya.
NAIROBI, 13 Oktober (Xinhua) — Populasi spesies margasatwa ikonis di Afrika, termasuk mamalia, reptil, ikan, amfibi, dan burung, telah menyusut 76 persen dalam 50 tahun terakhir, kata kelompok konservasi margasatwa dalam sebuah laporan yang dirilis pada Jumat (11/10) di Nairobi, ibu kota Kenya.
World Wide Fund for Nature Kenya (WWF-Kenya), dalam Living Planet Report 2024, menyebut degradasi dan hilangnya habitat, eksploitasi berlebihan, perubahan iklim, polusi, spesies invasif, dan penyakit sebagai penyebab utama penurunan populasi margasatwa di benua itu selama periode 1970 hingga 2020.
“Tren yang mengkhawatirkan ini menyoroti kebutuhan mendesak untuk melakukan tindakan transformatif demi melindungi ekosistem alami Afrika dan mata pencaharian yang bergantung pada ekosistem tersebut,” demikian disampaikan dalam edisi ke-15 laporan tersebut.
Petugas Dinas Margasatwa Kenya memindahkan seekor gajah dari Cagar Alam Mwea di Embu County, Kenya, pada 3 Oktober 2024. (Xinhua/Charles Onyango)
Laporan ini berisi ikhtisar komprehensif berbasis sains tentang tren dalam keanekaragaman hayati global dan kesehatan Bumi. Laporan itu juga memantau bagaimana populasi spesies berkembang di seluruh dunia.
Edisi tahun ini mengungkapkan bahwa ekosistem air tawar mengalami penyusutan terbesar, yakni mencapai 85 persen. Sementara itu, spesies darat dan laut masing-masing mengalami penyusutan sebesar 69 persen dan 56 persen.
Laporan ini memperingatkan bahwa penurunan cepat populasi margasatwa bisa mengarah pada kepunahan, yang berpotensi mengganggu ekosistem dan menghilangkan sumber mata pencaharian utama masyarakat Afrika.
Laporan ini menunjukkan bahwa jika negara-negara Afrika mencapai target alam, iklim, dan pembangunan berkelanjutan, mereka akan berada dalam posisi yang lebih baik untuk membalikkan penurunan populasi satwa liar.
Laporan tersebut menyatakan bahwa untuk menstabilkan populasi margasatwa di benua ini, diperlukan perubahan sistemik dalam model produksi dan konsumsi. Selain itu, investasi dalam upaya konservasi yang dipimpin oleh komunitas juga sangat penting. Laporan ini mendesak pemerintah negara-negara di Afrika, industri, dan mitra bilateral untuk memperluas ekosistem darat dan laut yang dilindungi. Hal ini bertujuan agar spesies satwa liar yang karismatik dapat berkembang dengan baik.
Mohamed Awer, kepala eksekutif di WWF-Kenya, mengatakan pemulihan alam, peningkatan aksi terhadap krisis iklim, dan pemanfaatan keanekaragaman hayati yang berkelanjutan akan menjadi kunci untuk membalikkan tren penyusutan margasatwa Afrika.
Awer mengatakan pendekatan yang melibatkan seluruh masyarakat yang berfokus pada mobilisasi sumber daya dan pemberdayaan masyarakat akan membantu mencegah penyusutan atau kepunahan spesies-spesies langka.
Jackson Kiplagat, kepala program konservasi di WWF-Kenya, mengatakan spesies ikonis seperti singa Afrika, gajah Afrika, dan badak hitam terancam punah. Dia juga menuturkan bahwa upaya konservasi yang kuat akan membantu menstabilkan populasi spesies-spesies tersebut. [Xinhua]