LONDON – Puluhan anak yang menerima perawatan hemofilia di sebuah sekolah asrama khusus anak difabel di Inggris pada tahun 1970-an hingga 1980-an meninggal pada usia muda setelah terinfeksi HIV atau hepatitis, seperti diungkapkan dalam sebuah sidang dengar kesaksian pada Senin (21/6).
Total 119 anak laki-laki penyandang hemofilia menjadi murid di Lord Mayor Treloar College di Alton, Hampshire, pada tahun 1970-an hingga 1980-an. Institusi pendidikan tersebut merupakan satu-satunya sekolah di Inggris yang memiliki pusat perawatan hemofilia Layanan Kesehatan Nasional (National Health Service/NHS) khusus di tempat, lapor media Inggris.
Setidaknya 89 dari anak-anak tersebut terinfeksi HIV, hepatitis C, atau keduanya melalui obat-obatan yang diberikan kepada mereka untuk mengobati hemofilia yang mereka derita. Hemofilia merupakan kondisi yang merusak kemampuan tubuh untuk melakukan pembekuan darah.
Sedikitnya 72 anak meninggal dunia setelah diberi obat yang terkontaminasi tersebut, yang mengandung plasma darah impor, terutama dari Amerika Serikat, lapor BBC.
Disebut-sebut sebagai bencana pengobatan terbesar dalam sejarah NHS, penyelidikan kasus infeksi darah tersebut digelar pekan ini.
Investigasi awal menemukan bahwa kiriman-kiriman darah impor secara luas terkontaminasi dengan hepatitis A, B, C, dan HIV, yang menginfeksi ribuan penderita hemofilia di seluruh Inggris, sebut sejumlah laporan.
BBC mengungkapkan bahwa hanya 32 dari 122 penyandang hemofilia yang belajar di sekolah tersebut dari 1974 hingga 1987 yang masih hidup saat ini. Sebagian besar dari mereka meninggal dunia setelah tertular HIV atau hepatitis yang disebabkan virus.
Investigasi publik ini diharap akan mampu memberikan jawaban atas pertanyaan tentang apa yang terjadi di Treloar dan pusat hemofilia NHS di sekolah tersebut.
“Apa yang terjadi di sekolah itu terus menghantui kami setiap hari,” tutur Stephen Nicholls, mantan murid yang terinfeksi hepatitis C setelah menjalani pengobatan.
“Kami tidak akan pernah melupakan kisah Treloar dan kenangan yang terjadi di sana,” ujarnya. [Xinhua]