PBB – Dengan peristiwa cuaca ekstrem yang kian berdampak terhadap negara-negara di seluruh dunia, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Senin (6/9) menggarisbawahi pentingnya membatasi kenaikan suhu global hingga target yang disepakati secara internasional sebesar 1,5 derajat Celsius di atas level praindustri.
“Seluruh planet sedang mengalami musim kebakaran dan banjir,” yang terutama merugikan populasi rapuh dan rentan di negara-negara kaya dan miskin, ujar Wakil Sekretaris Jenderal PBB Amina Mohammed pada sebuah pertemuan tingkat tinggi mengenai aksi iklim.
Berbicara melalui pesan video untuk Dialog tentang Mempercepat Solusi Adaptasi Menjelang Konferensi Perubahan Iklim PBB (COP26) 2021, konferensi iklim tahunan PBB yang akan berlangsung di Glasgow pada November mendatang, Mohammed mencatat dampak yang sudah terlihat dengan kenaikan suhu sebesar 1,2 derajat.
Wakil sekjen PBB tersebut memperingatkan, “Negara dan populasi di seluruh dunia, terutama yang paling rentan dan paling tidak bertanggung jawab atas krisis iklim, akan mengalami konsekuensi yang lebih menghancurkan.”
“Efeknya akan menjalar ke sektor ekonomi, komunitas, dan ekosistem, menghapus keuntungan dari pembangunan, memperdalam kemiskinan, meningkatkan migrasi, serta memperburuk ketegangan,” tambahnya.
Dengan “langkah berani dan tegas” menuju perekonomian global dengan emisi nol bersih pada 2050, Mohammed mengatakan bahwa dunia masih dapat membatasi pemanasan global di kisaran 1,5 derajat.
“Bertindak sekarang pada hakikatnya adalah masalah keadilan iklim. Dan kita memiliki solusinya,” tutur wakil sekjen PBB tersebut, seraya menyerukan “peningkatan investasi secara besar-besaran” dalam adaptasi dan ketahanan, serta menekankan pentingnya menyederhanakan aturan dan memudahkan akses bagi negara-negara kurang mampu, terutama negara-negara di Afrika.
Dengan kurang dari 80 hari menjelang COP26, wakil sekjen PBB tersebut mendesak para peserta untuk “bertindak dengan berani sekarang demi umat manusia dan planet Bumi sebelum terlambat.” [Xinhua]