Foto dari udara yang diabadikan pada 5 Juni 2022 ini menunjukkan pemandangan Pulau Guangyang di Chongqing, China barat daya. Pulau Guangyang, pulau terbesar yang berada di hulu Sungai Yangtze, kaya akan sumber daya alam. Dalam beberapa tahun terakhir, serangkaian kebijakan telah diterapkan untuk memulihkan lingkungan ekologis di pulau tersebut, menarik para wisatawan untuk mengunjungi padang-padangnya yang penuh warna. (Xinhua/Wang Quanchao)
NANCHANG, 21 September (Xinhua) — Sejauh ini pada 2022, aforestasi lahan seluas sekitar 1 juta hektare telah rampung di 11 provinsi dan kota di sepanjang Sabuk Ekonomi Sungai Yangtze, demikian disampaikan oleh pejabat Administrasi Kehutanan dan Padang Rumput Nasional China pada Rabu (21/9).
Jika dibandingkan dengan 2016, luas area yang mengalami penggurunan berbatu dan erosi tanah masing-masing telah berkurang sekitar 2,8 juta hektare dan 4,7 juta hektare, ujar Li Chunliang, wakil direktur administrasi tersebut.
Sebanyak 91 kota hutan nasional telah dibangun di daerah itu seiring dengan upaya China dalam meningkatkan upaya perlindungan ekologisnya, kata Li dalam Forum Konservasi dan Pembangunan Yangtze 2022, yang diadakan di Nanchang, ibu kota Provinsi Jiangxi, China timur.
Li menuturkan bahwa China menyusun sejumlah rencana ilmiah baru untuk melindungi cagar alam di cekungan Sungai Yangtze dengan lebih baik. Negara tersebut juga menggenjot upaya perlindungan satwa liar di sepanjang sungai itu, termasuk memperkuat pengawasan harian dan menindak tegas aksi-aksi perburuan liar.
Berkat sejumlah upaya perlindungan tersebut, keanekaragaman hayati di cekungan Sungai Yangtze telah membaik, dengan jumlah spesies langka dan terancam punah seperti panda raksasa dan ibis jambul mengalami peningkatan signifikan, imbuh Li. [Xinhua]