YERUSALEM, 11 Juni (Xinhua) — Tim peneliti Israel menemukan bahwa sebuah protein dari virus SARS-CoV-2, virus penyebab COVID-19, dapat menyebabkan sistem imun tubuh secara keliru menyerang sel-sel sehat, demikian diungkapkan Hebrew University of Jerusalem dalam sebuah pernyataan pada Selasa (10/6).
Penelitian tersebut, yang telah dipublikasikan di dalam jurnal Cell Reports, menyoroti seberapa parah komplikasi COVID-19 dapat terjadi dan menunjukkan cara-cara baru dalam mencegah kerusakan yang disebabkan oleh kekebalan tubuh akibat virus.
Tim peneliti itu menemukan bahwa protein nukleokapsid (nucleocapsid protein/NP) pada virus SARS-CoV-2, yang biasanya membantu membungkus materi genetik virus tersebut di dalam sel yang terinfeksi, dapat menyebar ke sel-sel epitel di dekatnya yang tidak terinfeksi.
Setelah melekat di permukaan sel-sel sehat tersebut, NP akan secara keliru diidentifikasi oleh sistem imun tubuh sebagai ancaman. Sistem imun tubuh kemudian mengeluarkan antibodi anti-NP, yang menandai sel-sel yang tidak terinfeksi ini untuk dihancurkan.
Proses tersebut memicu jalur komplemen klasik, yang merupakan bagian dari respons imun berupa peradangan dan kerusakan jaringan, sehingga berkontribusi pada gejala COVID-19 yang parah serta berpotensi menyebabkan COVID berkepanjangan.
Menggunakan sel-sel yang dibiakkan di laboratorium, pencitraan canggih, serta sampel dari pasien COVID-19, tim dalam penelitian ini menemukan bahwa NP berikatan dengan suatu jenis molekul pada permukaan sel. Ikatan tersebut menyebabkan NP mengelompok pada sel-sel sehat, yang selanjutnya membingungkan sistem imun tubuh.
Penelitian ini juga menemukan bahwa obat enoxaparin, suatu pengencer darah yang umum digunakan dan merupakan analog heparin, mampu menghalangi NP agar tidak menempel pada sel sehat. Baik dalam tes laboratorium maupun pada sampel pasien, enoxaparin memperlihatkan kemampuannya dalam membantu mencegah serangan imun dengan menempati titik-titik ikatan yang digunakan NP.
Menurut tim peneliti tersebut, temuan ini dapat menawarkan harapan baru untuk mengurangi komplikasi terkait imun tubuh pada COVID-19 dan mungkin juga infeksi virus lainnya. Selesai