KATHMANDU – Para pelaku bisnis perhotelan dari Sauraha di Chitwan, Nepal tengah, yang semakin tertekan dengan kurangnya wisatawan, terpaksa menjual gajah peliharaan mereka yang biasanya digunakan untuk safari hutan di Taman Nasional Chitwan kepada pembeli dari India.
Safari gajah merupakan salah satu kegiatan rekreasi paling favorit di Sauraha, tujuan wisata populer di negara Himalaya itu.
Para pelaku bisnis perhotelan menjual gajah-gajah tersebut meskipun ada larangan hukum memperdagangkan spesies terancam punah itu. Mereka mengaku sudah bangkrut untuk memberi makan gajah, sementara kegiatan wisata sangat terdampak selama lebih dari setahun akibat pandemi COVID-19.
“Saya tidak punya pilihan selain menjual gajah saya karena mahalnya biaya memberi makan, sementara tidak ada penghasilan yang masuk akibat pandemi,” kata seorang pengusaha hotel dari Sauraha kepada Xinhua tanpa menyebut nama karena perdagangan gajah tersebut ilegal.
“Saya mendapat 8.000.000 rupee (1 rupee = Rp199) dari pedagang India,” tuturnya, menambahkan bahwa dia terpaksa menjual gajahnya karena tidak ada tanda-tanda sektor pariwisata akan bangkit dalam waktu dekat. Padahal biaya memberi makan gajah bisa mencapai sekitar 100.000 rupee setiap bulan.
“Setahu saya, sekitar dua lusin gajah telah dijual sejauh ini. Saya dapat katakan tidak ada yang senang menjual gajah mereka,” kata Deepak Bhattarai, ketua Asosiasi Perhotelan Chitwan dan manajer eksekutif Resor Hutan Chitwan, kepada Xinhua pada Minggu (21/3).
“Kami mengajukan beberapa permintaan bantuan kepada pemerintah, tetapi tidak ada dukungan,” tutur Bhattarai, yang memiliki dua ekor gajah. Dia bahkan mengatakan akan menjual gajahnya jika arus wisatawan tetap rendah.
Gajah dipergunakan untuk safari hutan dan mandi gajah, yang menjadi sumber pendapatan andalan bagi para pengusaha hotel.
Ananath Baral, kepala petugas konservasi di Taman Nasional Chitwan, mengatakan dirinya mendengar tentang penjualan tersebut, tetapi belum ada keluhan resmi yang diajukan ke otoritas taman nasional.
“Gajah-gajah ini dibeli dari India dalam periode yang berbeda dan sekarang (kembali) dijual ke sana,” kata Baral kepada Xinhua. “Ini ilegal, tetapi ada beberapa tantangan praktik untuk mengendalikannya.”
Konvensi Perdagangan Internasional Spesies Terancam Punah (Convention on International Trade in Endangered Species/CITES), dengan Nepal sebagai salah satu penanda tangan, melarang perdagangan hewan yang terancam punah, termasuk gajah. [Xinhua]