BEIJING, 5 Juli (Xinhua) — Para pemimpin industri dan perwakilan bisnis baru-baru ini kembali menyerukan kerja sama China-Amerika Serikat (AS) dalam bidang kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI), menekankan bahwa hubungan bilateral yang lebih kuat di bidang ini akan menguntungkan kedua negara dan berkontribusi pada kemajuan global.
Mereka berbagi pandangan dalam Konferensi Ekonomi Digital Global (Global Digital Economy Conference/GDEC) 2025, yang sedang berlangsung di Beijing pada 2-5 Juli, yang bertujuan untuk memperkuat kerja sama digital global di berbagai sektor.
Menurut Stephen Orlins, presiden Komite Nasional untuk Hubungan AS-China, arah abad ini akan sangat ditentukan oleh bagaimana kedua negara, AS dan China, mengalihkan dinamika mereka dari persaingan menjadi kerja sama dalam pengembangan teknologi yang bersifat transformatif ini.
“Kita berdiri di sebuah persimpangan,” ujar Orlins. Dia menjelaskan bahwa satu arah membawa pada perpecahan, yang dapat mengganggu stabilitas global, memperdalam ketidakpercayaan, dan menciptakan sekat-sekat digital. Namun, di arah lainnya, terbuka peluang untuk kerja sama, sebuah upaya kolektif untuk mengoptimalkan potensi AI, mengelola risikonya, menyusun standar bersama, serta memastikan bahwa AI digunakan untuk meningkatkan kualitas hidup umat manusia, bukan justru menjadi ancaman.
“Ini bukan hanya sebuah pilihan. Ini adalah sebuah keharusan,” imbuhnya. “Kedua negara dapat bersama-sama memimpin konsorsium internasional untuk mengembangkan protokol keselamatan untuk sistem AI canggih, dengan berfokus pada transparansi, ketahanan, dan keselarasan dengan nilai-nilai kemanusiaan.”
Sebuah laporan tentang penelitian AI global yang dirilis dalam GDEC 2025 mengungkapkan bahwa China dan AS merupakan dua kontributor terbesar di dunia dalam penelitian AI, dengan jumlah gabungan peneliti mereka menyumbang hampir 60 persen dari total global per akhir 2024.
Kemitraan akademis dan industri antara AS dan China dapat menumbuhkan sikap saling pengertian dan mempercepat terobosan di bidang-bidang utama seperti pemodelan iklim, diagnosa perawatan kesehatan, serta prediksi bencana, ujar Orlins.
Firma konsultan global Gartner pada pekan lalu mengatakan bahwa China telah membuat kemajuan besar dalam penelitian dan penerapan AI, dan mendorong industri AI global dengan kekuatannya dalam desain, teknik, dan ekosistem digital yang dinamis. Menurut Gartner, China menciptakan kondisi yang menguntungkan untuk integrasi AI ke dalam kehidupan sehari-hari, dan pada 2030, lebih dari separuh populasi China akan secara rutin menggunakan teknologi AI.
Menurut Xu Lin, ketua Green Fund China-AS, kemajuan China berarti peluang bagi AS. “Sumber daya data China yang sangat besar, jika digabungkan dengan kekuatan AS dalam hal daya komputasi, akan memberikan manfaat besar bagi berbagai sektor di AS, seperti perawatan kesehatan dan farmasi,” ujar Xu.
Xu menambahkan bahwa algoritme AS yang canggih, ditambah dengan skenario aplikasi dan mahadata China yang beragam, dapat membantu memperpendek siklus dari penelitian dan pengembangan hingga penerapan produk. Dirinya juga mencatat bahwa kedua negara dapat bekerja sama dalam mendorong pembentukan aturan tata kelola AI global.
China dan AS memiliki kekuatan yang saling melengkapi dalam bidang AI, kata Xu, seraya menambahkan bahwa dengan membangun keunggulan-keunggulan ini, kedua negara memiliki peluang besar untuk mendorong kerja sama, mempercepat inovasi teknologi, serta mempromosikan pengembangan industri AI global yang inklusif.
Christopher Millward, presiden Kantor Teknologi Informasi AS, mengatakan bahwa sebagai dua “penggerak yang sangat penting” dalam pengembangan AI di dunia, AS dan China harus merangkul rasa saling percaya.
“Kepercayaan menjadi fondasi bagi kerja sama teknologi yang stabil, saling menguntungkan, dan lintas perbatasan,” tambah Millward.
Menatap ke depan untuk kerja sama masa depan antara AS dan China, Orlins mengatakan bahwa kedua negara harus menghadapi saat-saat kritis ini dengan keberanian dan visi, serta memilih dialog ketimbang perpecahan.
“Sejarah akan mengingat apakah kita membangun tembok atau jembatan di era AI. Mari kita memilih untuk membangun jembatan bersama,” ujar Orlins. “Bersama-sama, kita dapat membangun masa depan di mana AI bermanfaat bagi seluruh umat manusia.” Selesai