MOSKOW – Lembaga pengekspor senjata yang dikelola pemerintah Rusia, Rosoboronexport, pada Senin (23/8) mengatakan bahwa pihaknya akan segera menandatangani kontrak baru dengan Turki untuk memasok lebih banyak sistem rudal pertahanan udara S-400.
“Konsultasi terus berlanjut. Saya yakin mereka sudah berada di tahap akhir,” kata Direktur Jenderal Rosoboronexport Alexander Mikheev dalam Forum Teknis Militer Internasional “Army-2021”, tanpa menjelaskan rincian kemungkinan kontrak tersebut.
Rusia dan Turki menandatangani kesepakatan pertama mereka untuk sistem S-400 pada 2017 dan Turki menerima pengiriman pertama pada Juli 2019.
Turki merupakan negara anggota pertama Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) yang membeli sistem S-400, sehingga menyebabkan ketidakpuasan dari pihak Amerika Serikat.
Washington mengklaim bahwa senjata Rusia tidak kompatibel dengan sistem NATO dan dapat mengumpulkan informasi rahasia militer untuk Moskow.
Sistem S-400, yang dirancang dan diproduksi oleh pabrikan senjata Almaz-Antey Rusia, mampu menghancurkan target pada jarak hingga 400 km dan ketinggian sekitar 30 km.
Pada forum Army-2021 tersebut, Mikheev juga mengatakan bahwa Rusia telah menandatangani kontrak ekspor senjata dengan total nilai 8,6 miliar dolar AS (1 dolar AS = Rp14.405) pada 2021, dan bahwa perusahaan itu mengirimkan senjata ke 61 negara. [Xinhua]