TOKYO – Pemerintah Jepang berencana mengerahkan empat jet tempur siluman canggih F-35A ke Pangkalan Udara Komatsu di Prefektur Ishikawa, pesisir Laut Jepang. Hal tersebut dilakukan sebagai bagian dari rencana lebih luas untuk menjadikan F35-A sebagai jet tempur andalan, seperti diberitakan media setempat mengutip sumber pemerintah pada Rabu (2/6).
Sekitar 20 jet tempur multiperan buatan Lockheed Martin tersebut pada akhirnya akan ditempatkan di pangkalan Komatsu, setelah Jepang memutuskan untuk membeli 105 varian jet kursi tunggal (single-seater) dengan varian sistem lepas landas dan pendaratan konvensional itu.
Dalam sebuah konferensi pers, Kepala Sekretaris Kabinet Katsunobu Kato mengatakan bahwa “pangkalan tempat beberapa unit jet tempur dikerahkan sedang dipertimbangkan terutama untuk penempatan F-35A” dan pangkalan Komatsu adalah “kandidat lokasi yang potensial.”
Saat ini, sekitar 40 jet tempur F-15 dikerahkan di pangkalan tersebut dan merupakan satu-satunya unit di sepanjang pesisir ini. Jepang mulai menghapus jet F-15 tua dari armadanya dan menggantinya dengan F-35A yang digunakan oleh Angkatan Udara Amerika Serikat (AS).
F-35A merupakan salah satu dari tiga varian pesawat tempur generasi kelima, dua lainnya adalah tipe F-35B short take-off and vertical-landing (STOVL) dan versi berbasis kapal induk F-35C.
Pada April 2019, kekhawatiran publik tentang keamanan jet tempur tersebut, yang telah tercoreng oleh fase pengembangannya, kembali muncul setelah seorang pilot F-35A Jepang mengalami “disorientasi spasial” hingga menyebabkan jetnya jatuh secara fatal ke Samudra Pasifik, timur Pangkalan Udara Misawa di Prefektur Aomori, pada kecepatan lebih dari 1.100 kilometer per jam.
Tidak ada panggilan darurat yang dikirim pilot selama misi malam hari itu dan hanya ada sedikit waktu antara komunikasi terakhir pilot dengan menara pangkalan, sebelum akhirnya pesawat nahas itu menghilang dari radar.
Kesimpulan Pasukan Bela Diri Udara Jepang (ASDF) terkait “kesalahan manusia” dalam insiden itu tak banyak menghapus kekhawatiran publik tentang rencana pengerahan jet-jet tersebut di Jepang di tengah pertanyaan terkait kurangnya kemampuan pilot negara itu untuk menerbangkannya, kata para ahli. [Xinhua]