BRUSSEL – Uni Eropa (UE) harus menggabungkan kekuatannya serta memperkuat kapasitas dan kemauan untuk bertindak guna meningkatkan otonomi strategisnya, belajar dari pengalaman mereka di Afghanistan, demikian disampaikan diplomat tinggi UE itu pada Kamis (2/9).
“Afghanistan telah menunjukkan bahwa lemahnya otonomi strategis kita menimbulkan konsekuensi negatif,” kata kepala kebijakan luar negeri UE Josep Borrell kepada wartawan usai pertemuan informal para menteri pertahanan UE di Slovenia.
“Satu-satunya jalan ke depan adalah menggabungkan kekuatan kita dan memperkuat tidak hanya kapasitas kita tetapi juga kemauan kita untuk bertindak,” katanya.
Borrell mengatakan bahwa ini berarti menggenjot tingkat kesiapan melalui latihan militer gabungan serta membuat dan menjalankan berbagai instrumen baru seperti “first entry force” 5.000 tentara yang akan dipresentasikan di dewan menteri pertahanan pada November mendatang.
UE telah mengevakuasi sebanyak 17.500 orang dari Afghanistan, termasuk 520 staf UE serta anggota keluarga mereka, tutur Borrell.
“Semua pihak menekankan perlunya mengambil pelajaran dan memahami mengapa upaya kita untuk membangun negara modern di Afghanistan tidak membuahkan hasil yang berkelanjutan,” kata Borrell.
“Ini bukan saatnya untuk lepas tangan. Sebaliknya, kita justru harus meningkatkan keterlibatan kita untuk terus mendukung rakyat Afghanistan, terutama mereka yang ingin pergi namun tidak dapat melakukannya.”
Menyusul penarikan militer Amerika Serikat (AS) dari Afghanistan yang terburu-buru dan penolakannya untuk memperpanjang batas waktu penarikan pada 31 Agustus, para sekutu AS di Eropa merasa bingung dan dikhianati saat mereka berusaha keras meninggalkan negara yang dilanda perang itu dengan sumber daya mereka sendiri yang terbatas.
Tanpa dukungan militer AS, Eropa tidak akan dapat mengevakuasi personel mereka dan pasukan lokal Afghanistan dari Kabul, kata Jana Puglierin, Senior Policy Fellow di Dewan Hubungan Luar Negeri Eropa.
Kekhawatiran mengenai potensi gelombang pengungsi Afghanistan ke Eropa pascapenarikan militer AS juga meningkat, menimbulkan keraguan atas ketergantungan strategis Eropa terhadap AS yang telah berlangsung lama. [Xinhua]