WASHINGTON – Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden pada Kamis (8/7) mengatakan bahwa misi militer AS di Afghanistan akan berakhir pada 31 Agustus, beberapa hari sebelum tenggat waktu semula yaitu 11 September.
“Dalam konteks ini, kecepatan adalah keselamatan,” kata Biden dalam pidatonya di Gedung Putih. “Melakukan penarikan pasukan kami secara berbeda tentu akan meningkatkan risiko keselamatan bagi personel kami.”
April lalu, Biden memerintahkan semua pasukan AS untuk meninggalkan Afghanistan sebelum 11 September, peringatan 20 tahun serangan teroris yang menyeret Amerika Serikat ke dalam perang terpanjangnya.
Membela keputusan untuk menarik pasukan, Biden mengungkapkan bahwa militer AS telah mencapai tujuan kontraterorisme dalam perang selama 20 tahun itu.
“Kami tidak pergi ke Afghanistan untuk membangun bangsa,” imbuh Biden. “Menjadi hak dan tanggung jawab rakyat Afghanistan sendiri untuk memutuskan masa depan mereka dan bagaimana mereka ingin menjalankan negara mereka.
Biden menegaskan kembali bahwa Amerika Serikat akan terus mendukung pemerintah Afghanistan dan berencana memindahkan warga negara Afghanistan yang bekerja dengan pasukan AS ke luar negeri untuk menunggu proses visa AS mereka.
“Mulai bulan ini, kami akan memulai penerbangan relokasi bagi pemohon SIV (Special Immigrants Visa) Afghanistan dan keluarganya yang memilih untuk pergi,” katanya.
Harian Wall Street Journal bulan lalu melaporkan bahwa komunitas intelijen AS menilai pemerintah Afghanistan dapat kolaps secepatnya enam bulan setelah penarikan penuh militer AS.
Biden pada Kamis menepis skenario tersebut. “Mereka tidak berkesimpulan demikian,” ujarnya kepada reporter, seraya mengatakan dirinya yakin dengan kapasitas pasukan Afghanistan.
Sementara itu, situasi keamanan di negara yang dilanda perang itu memburuk ketika gerilyawan Taliban melanjutkan pertempuran sengit melawan pasukan pemerintah dan merebut sekitar 100 distrik pinggiran kota dari 400 distrik di Afghanistan sejak penarikan pasukan AS pada 1 Mei.
Pasukan AS dan Organisasi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (North Atlantic Treaty Organization/NATO) pekan lalu telah dievakuasi dari Pangkalan Udara Bagram di dekat ibu kota Afghanistan, Kabul, dan menyerahkan pangkalan terbesar pasukan koalisi itu kepada pasukan pemerintah Afghanistan.
Komando Pusat AS pada Selasa (6/7) mengatakan bahwa militer AS telah menyelesaikan lebih dari 90 persen penarikan pasukan. Menurut laporan media, sekitar 650 tentara diperkirakan akan tetap berada di Afghanistan untuk menyediakan keamanan bagi para diplomat.
Lebih dari 2.400 tentara AS tewas dan 20.000 terluka di Afghanistan selama dua dekade terakhir, menurut Pentagon. Perkiraan menunjukkan bahwa lebih dari 66.000 tentara Afghanistan tewas, sementara lebih dari 2,7 juta orang harus meninggalkan rumah mereka. [Xinhua]