KUALA LUMPUR, 13 April (Xinhua) — Perwakilan media dan wadah pemikir (think tank) terkemuka dari China dan 10 negara anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) menggelar diskusi mendalam mengenai sejumlah topik termasuk kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) dalam Forum Media dan Wadah Pemikir China-ASEAN (China-ASEAN Media and Think Tank Forum) yang diadakan di Kuala Lumpur pada Jumat (11/4).
Dalam sebuah konsensus yang dirilis pada forum tersebut, yang mengusung tema “Memperkuat Kerja Sama ASEAN-China” (Strengthening ASEAN-China Cooperation), para peserta mengakui bahwa perkembangan AI yang pesat menghadirkan berbagai peluang baru bagi negara-negara untuk pembangunan transformatif, dan juga membawa risiko dan tantangan yang tidak terduga.
Media dan wadah pemikir harus aktif mengikuti gelombang revolusi teknologi, memanfaatkan keunggulan AI dengan baik, dan mempromosikan pembangunan masa depan yang cerdas dengan vitalitas inovatif dan keamanan sebagai intinya, papar konsensus tersebut.
Pamela Samia, pelaksana tugas eksekutif editor berita di Kantor Berita Filipina, mengatakan media serta wadah pemikir ASEAN dan China mau tidak mau harus merangkul AI, karena teknologi baru ini dapat secara signifikan meningkatkan efisiensi penelitian, pengambilan keputusan, dan komunikasi.
Dia mengingatkan meskipun penerapan AI semakin marak, keahlian dan keterampilan manusia harus tetap menjadi yang utama. AI hanyalah sebuah alat dan tidak akan pernah bisa menggantikan penilaian dan pemikiran kritis manusia.
Veronika S. Saraswati, direktur eksekutif Indonesia China Partnership Studies, mengatakan media serta wadah pemikir ASEAN dan China harus fokus untuk membantu masyarakat mengembangkan pemikiran kritis sembari mempromosikan sistem AI yang didasarkan pada data regional dan kearifan budaya Timur.
“Melalui inisiatif ini, negara-negara di Global South diharapkan dapat memperoleh kembali suara mereka di ranah digital, memastikan bahwa AI menjadi alat untuk mempromosikan kesetaraan alih-alih sarana dominasi Barat.”
Sivanxay Siphankham, wakil direktur Kantor Berita Laos, mengungkapkan pengembangan AI berkontribusi dalam mendorong pertukaran informasi dan kerja sama antara media ASEAN dan China. Namun, mereka perlu bekerja sama untuk mengatasi sejumlah tantangan seperti misinformasi, memastikan bahwa AI digunakan secara transparan dan tetap berada di bawah manajemen manusia.
Lee Chean Chung, ketua Center of Regional Strategic Studies Malaysia, mengatakan standar etika, privasi data, dan transparansi algoritma harus menjadi prinsip utama kebijakan terkait AI, seraya menambahkan bahwa misi AI adalah memberdayakan manusia, bukan menggantikannya.
Menyebut bahwa setiap penemuan memiliki aspek positif dan negatif, Thida Tin, direktur jenderal Departemen Pengembangan Media Kementerian Informasi Myanmar, menuturkan solusinya terletak pada keseimbangan antara inovasi teknologi dan pertimbangan etika. Sangat penting untuk memastikan bahwa kemajuan teknologi bermanfaat bagi semua sektor masyarakat sembari meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan dan kelompok rentan.
Diselenggarakan bersama oleh Kantor Berita Xinhua China dan Bernama Malaysia, forum ini mempertemukan sekitar 260 perwakilan dari lebih dari 160 media, wadah pemikir, lembaga pemerintah, dan perusahaan di negara-negara ASEAN dan China. Selesai