PBB – Sekretaris Jenderal (Sekjen) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres pada Selasa (12/10) menyerukan konsensus global untuk mengakhiri krisis keanekaragaman hayati yang telah mengancam kelangsungan hidup umat manusia.
Seruan tersebut disampaikan Guterres via video pada konferensi PBB yang diadakan di China. Pertemuan ke-15 Konferensi Para Pihak Konvensi PBB tentang Keanekaragaman Hayati, yang dikenal sebagai COP15, dimulai pada Senin (11/10) di Kunming, ibu kota Provinsi Yunnan, China barat daya.
Guterres menggambarkan campur tangan manusia terhadap alam sebagai “perang bunuh diri” dan menekankan bahwa “kita kalah” dalam perang tersebut.
ANTONIO GUTERRES, Sekretaris Jenderal PBB:
“Kita kalah dalam perang bunuh diri melawan alam. Eksperimen selama dua abad dengan membakar bahan bakar fosil, menghancurkan hutan, kawasan alami, dan lautan, serta menurunkan kualitas tanah, menyebabkan bencana biosfer.
Campur tangan sembarangan manusia terhadap alam akan meninggalkan bekas permanen, sama halnya seperti para ilmuwan saat ini mempelajari jejak kepunahan sebelumnya. Kita telah memasuki kepunahan Antroposen.
Tingkat kepunahan spesies puluhan hingga ratusan kali lebih tinggi daripada rata-rata 10 juta tahun terakhir, dan semakin cepat. Lebih dari satu juta spesies tanaman, mamalia, burung, reptil, amfibi, ikan, dan invertebrata terancam, banyak di antaranya terjadi dalam beberapa dekade terakhir.”
Dia berterima kasih kepada China karena menjadi tuan rumah pertemuan untuk membuat kerangka kerja, yang mengidentifikasi target untuk tindakan mendesak.
“Saya berterima kasih kepada China yang telah mengadakan dan menjadi tuan rumah pertemuan ini serta mempromosikan Kerangka Kerja Keanekaragaman Hayati Global pasca-2020. COP15 adalah kesempatan kita untuk menyerukan gencatan senjata.
Bersama dengan COP26 mengenai iklim, hal itu harus meletakkan dasar bagi perjanjian perdamaian permanen. Pada 2030, kita harus membalikkan arah kita (dari kerusakan) dan mulai membangun dunia yang kita dambakan.”
Koresponden Kantor Berita Xinhua melaporkan dari markas besar PBB. (XHTV)