SYDNEY – Sebuah studi terbaru yang dilakukan oleh tim peneliti Australia menemukan bahwa terdapat sekitar 50 miliar populasi burung di dunia. Angka itu didapat dengan menggunakan pemodelan dan informasi dari para ahli guna menghitung apa yang mereka yakini sebagai estimasi akurat.
Para Ilmuwan ekologi dari Universitas New South Wales (UNSW) memublikasikan temuan mereka pekan ini dalam jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences.
Studi tersebut menganalisis 9.700 spesies burung menggunakan data yang dikumpulkan secara daring oleh 600.000 pengamat burung antara tahun 2010-2019.
Mereka menemukan hanya empat spesies yang termasuk dalam “klub miliar”, yakni burung gereja (1,6 miliar), burung jalak Eropa (1,3 miliar), camar paruh cincin (1,2 miliar), dan burung layang-layang lumbung atau barn swallow (1,1 miliar).
Studi ini juga menemukan banyak spesies burung ikonik Australia yang populasinya berkisar jutaan ekor seperti perkici pelangi (19 juta), kakatua jambul belerang (10 juta), dan kookaburra (3,4 juta).
Beberapa spesies asli Australia tergolong langka, seperti burung kancing dada hitam (Turnix melanogaster), yang populasinya menyusut hingga sekitar 100 ekor.
Para peneliti mengatakan bahwa angka yang rendah tersebut dapat menjadi alarm bagi kesehatan ekosistem dan mereka berharap penelitian ini dapat memantik lebih banyak upaya konservasi.
“Meski studi ini berfokus pada burung, pendekatan integrasi data skala besar kami dapat dijadikan cetak biru untuk menghitung kelimpahan spesies tertentu pada kelompok hewan lainnya,” ujar Dr. Corey Callaghan, penulis utama studi.
“Mengukur kelimpahan suatu spesies adalah langkah penting pertama dalam upaya konservasi. Dengan menghitung secara tepat apa yang ada di luar sana, kami bisa mempelajari spesies mana yang mungkin rentan, serta dapat melacak bagaimana pola ini berubah seiring waktu,” tambahnya.
“Kami perlu mengulangi dan menyempurnakan upaya ini untuk benar-benar mengawasi keanekaragaman hayati, terutama mengingat perubahan dunia yang disebabkan oleh manusia terus berlanjut dan meningkat.”
Tim peneliti juga berencana untuk mengulang analisis mereka ketika lebih banyak data tersedia. [Xinhua]