PBB – Perdana Menteri (PM) Inggris Boris Johnson pada Senin (20/9) mengatakan bahwa Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa COP26 menjadi “titik balik” bagi dunia.
“Menurut saya, COP26 Glasgow menjadi titik balik bagi dunia. Dan, inilah saatnya bagi kita untuk bersikap dewasa dan memikul tanggung jawab,” kata Johnson kepada awak media di markas besar Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York setelah penutupan Pertemuan Informal Meja Bundar Para Pemimpin terkait Aksi Iklim. Mendesak negara-negara kaya agar menghormati janji mereka untuk masing-masing menyediakan dana 100 miliar dolar AS (1 dolar AS = Rp14.251) setiap tahunnya bagi aksi iklim di negara-negara berkembang, PM Inggris itu mengatakan “negara-negara berkembanglah yang menanggung dampak buruk perubahan iklim dalam bentuk badai, kebakaran, dan banjir, serta kerugian ekonomi jangka panjang nyata yang mereka hadapi.”
“Negara-negara majulah yang selama lebih dari 200 tahun melepaskan karbon ke atmosfer, yang menyebabkan akselerasi perubahan iklim ini, dan semua kini benar-benar bergantung kepada kita untuk membantu mereka (negara berkembang),” lanjutnya.
Sebelumnya dalam pertemuan meja bundar, Johnson mengatakan bahwa “sejarah akan mengadili” negara-negara paling kaya di dunia jika mereka gagal merealisasikan janji untuk memberikan 100 miliar dolar AS dalam bentuk bantuan iklim tahunan menjelang COP26. Johnson memperkirakan peluang pencapaian dana tersebut sebelum November mendatang di angka “enam dari 10.”
“Kita tidak dapat membiarkan aksi iklim menjadi korban lain dari virus corona. Marilah menjadi pemimpin yang mengamankan kesehatan planet kita demi anak cucu kita maupun generasi mendatang,” kata Johnson dalam acara tersebut.
PM Inggris itu juga memastikan negaranya “akan memberi contoh, mempertahankan isu lingkungan dalam agenda global serta menjadi landasan peluncuran bagi revolusi industri hijau global.”
Namun demikian, dia memperingatkan bahwa “tidak ada negara yang bisa mengubah arus sendirian, itu akan seperti menyelamatkan sebuah kapal yang akan tenggelam dengan satu ember.”
Pertemuan meja bundar tersebut digelar menyusul laporan baru-baru ini dari Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim, yang mengisyaratkan “kode bahaya untuk kemanusiaan”. Pertemuan itu digelar kurang dari enam pekan sebelum Konferensi Perubahan Iklim COP26 di Glasgow.
Pertemuan meja bundar ini membahas kesenjangan yang masih ada terkait aksi yang sangat diperlukan dari pemerintah nasional berbagai negara, khususnya anggota G20, tentang mitigasi, keuangan, serta adaptasi. [Xinhua]