KUNMING – Pejabat lingkungan dari hampir 20 negara, serta Uni Eropa, menghadiri pertemuan meja bundar tentang “Menempatkan Keanekaragaman Hayati di Jalur Pemulihan”, baik secara langsung maupun virtual, pada Selasa (12/10) dalam pertemuan ke-15 Konferensi Para Pihak Konvensi tentang Keanekaragaman Hayati (Convention on Biological Diversity/COP15) di Kunming, Provinsi Yunnan, China barat daya.
Menteri Lingkungan Mesir Yasmine Fouad dan Wakil Menteri Ekologi dan Lingkungan China Zhao Yingmin, sebagai pemimpin bersama sesi rapat yang berlangsung selama dua jam tersebut, berdiskusi dengan jajaran pemimpin global lainnya tentang cara melindungi, memulihkan, dan menggunakan keanekaragaman hayati secara berkelanjutan.
“Melindungi dan memulihkan keanekaragaman hayati menjadi kunci dan fondasi untuk menyelesaikan semua masalah, termasuk iklim, kesehatan, keamanan air dan pangan, serta pembangunan berkelanjutan,” tekan Zhao dalam pembukaan rapat. “Memulihkan dan mewujudkan keanekaragaman hayati merupakan tugas yang mendesak, dan umat manusia harus segera melakukan perubahan bersejarah, transformasional, serta menyeluruh.”
Dalam pidato pengantar, Wei Fuwen, seorang akademisi dari Akademi Ilmu Pengetahuan China (Chinese Academy of Sciences), mengatakan China telah mencapai hasil-hasil menakjubkan dalam perlindungan spesies terancam punah, restorasi ekosistem, serta bidang-bidang lainnya, yang mengontribusikan kearifan dan solusi China kepada komunitas internasional dalam merespons berbagai tantangan terkait.
“Kita harus menempatkan spesies dan ekosistem sebagai elemen kunci keanekaragaman hayati dan kesejahteraan manusia, sebagai fondasi kerangka kerja keanekaragaman hayati global pasca-2020,” tutur Menteri Lingkungan Luxembourg Carole Dieschbourg.
“Kita tahu bahwa perubahan iklim menimbulkan tekanan tambahan pada kota-kota kita, sehingga kita perlu menemukan berbagai strategi untuk mitigasi. Keanekaragaman hayati menawarkan alat yang luar biasa,” kata Menteri Pekerjaan Umum, Lingkungan dan Pembangunan Perkotaan Monako Celine Caron-Dagioni.
“Pendekatan yang berfokus pada faktor persekutuan terkecil tidak akan cukup,” ujar Komisaris Lingkungan, Kelautan dan Perikanan Komisi Eropa Virginijus Sinkevicius.
Perwakilan dari Australia, Selandia Baru, Portugal, Jerman, Yunani, dan negara-negara lainnya juga mengemukakan praktik dan pencapaian mereka di berbagai isu, seperti perlindungan laut dan pelestarian margasatwa. [Xinhua]