NAIROBI – Musim hujan yang terlambat datang di kawasan Tanduk Afrika turut membantu menekan populasi belalang, ungkap Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam pembaruan terkininya pada Kamis (25/3).
“Akibat rendahnya curah hujan di Kenya dan Ethiopia, kawanan belalang yang saat ini muncul di kedua negara itu masih belum dewasa dan terus menurun berkat operasi pengendalian yang dilakukan,” terang FAO.
Badan PBB tersebut menyampaikan bahwa tanpa curah hujan, kawanan belalang tidak bisa dewasa dan berkembang biak, sehingga sangat membatasi skala dan tingkat perkembangbiakan musim ini.
“Situasi saat ini mungkin akan terus berlanjut hingga akhir bulan karena tidak ada hujan yang signifikan diperkirakan akan mengguyur Kenya utara, Ethiopia, atau Somalia,” kata FAO.
Dengan demikian, imbuh badan itu, muncul optimisme yang diiringi kewaspadaan bahwa lonjakan kawanan belalang saat ini tengah mereda di kawasan Tanduk Afrika, terlebih jika curah hujan yang rendah terus membatasi perkembangbiakannya.
“Meski demikian, penting untuk meningkatkan survei dan meneruskan operasi pengendalian yang sudah ada di negara-negara yang terimbas serta mempertahankan pengamatan cermat terhadap perkembangan apa pun yang tidak biasa,” papar FAO.
Di Kenya, belalang kecil yang belum dewasa dalam jumlah sedikit terus terlihat terutama di wilayah Nakuru, sebelah barat Gunung Kenya, dan sesekali serangga tersebut terlihat di wilayah Kajiado di dekat perbatasan Tanzania, menurut badan PBB itu.
Operasi pengendalian masih dilaksanakan di seluruh kawasan Tanduk Afrika, yakni di Ethiopia, Somalia, Kenya, dan Tanzania.
Koresponden Kantor Berita Xinhua melaporkan dari Nairobi. (XHTV)