BEIJING, China meluncurkan sebuah instrumen keuangan baru guna mendukung penggunaan batu bara yang bersih dan efisien di tengah upaya untuk mendorong pembangunan hijau dan rendah karbon.
Negara itu akan memperkenalkan program penyaluran kembali pinjaman (relending) tertarget dengan kuota sebesar 200 miliar yuan (1 yuan = Rp2.240) guna mendukung penggunaan batu bara yang bersih dan efisien, menurut keputusan pertemuan eksekutif Dewan Negara China yang dipimpin oleh Perdana Menteri China Li Keqiang pada Rabu (17/11).
“Saat ini, batu bara adalah sumber energi yang benar-benar dapat kita andalkan untuk pasokan. Itu akan tetap demikian untuk waktu yang cukup lama, dan ini berdampak pada pembangunan China,” kata Li. “Oleh karena itu, kita perlu mengejar transformasi di jalur pembangunan. Kita tidak bisa terus-menerus berada di jalur pembangunan yang padat energi.”
China sedang mempercepat langkahnya dalam mengoptimalkan struktur energinya, dengan insentif untuk mendukung transisi hijau guna mengatasi polusi dan perubahan iklim yang disebabkan oleh pembakaran bahan bakar fosil. Saat ini, batu bara masih terus menyumbang sebagian besar konsumsi energi di negara itu.
Mengingat sumber daya energi China yang didominasi batu bara, penting untuk bekerja keras untuk membuat penggunaan batu bara yang lebih bersih dan lebih efisien.
Pertemuan tersebut menyoroti bahwa program relendingitu harus menargetkan operasi proses yang ramah lingkungan dan efisien termasuk penambangan, pengolahan, pembangkit listrik, dan pemanasan yang terkait dengan batu bara.
Menurut pertemuan tersebut, setelah bank-bank besar secara independen mengeluarkan pinjaman preferensial untuk proyek-proyek batubara yang memenuhi syarat, People’s Bank of China (PBOC), bank sentral negara itu, dapat memberikan dukungan relendingkepada bank-bank tersebut, dengan jumlah relendingyang sama dengan pinjaman pokok mereka.
Suku bunga pinjaman yang diberikan oleh bank-bank besar pada dasarnya harus selaras dengan suku bunga pinjaman acuan, kata pertemuan itu, seraya menambahkan bahwa dukungan kebijakan seperti insentif pajak, obligasi pemerintah khusus, dan proyek perdagangan juga akan diluncurkan untuk membuat penggunaan batu bara lebih bersih dan efisien.
Program relendingmuncul sebagai langkah tindak lanjut setelah China meluncurkan instrumen pendukung untuk pengurangan karbon pada awal bulan ini.
Pada 8 November, PBOC mengatakan akan memberikan pinjaman berbunga rendah untuk lembaga keuangan melalui instrumen pendukung tersebut, dan akan memandu lembaga-lembaga tersebut untuk memberikan pinjaman kepada perusahaan-perusahaan di bidang pengurangan karbon utama dengan dasar pengambilan keputusan dan pengambilan risiko secara independen.
Faktanya, pembiayaan hijau (green finance) telah menjadi langkah penting bagi negara ini dalam memfasilitasi pengurangan karbon.
Hingga akhir kuartal ketiga 2021, saldo pinjaman hijau (green loan) China mencapai 14,78 triliun yuan, naik 27,9 persen secara tahunan (year on year/yoy). Dari pinjaman-pinjaman hijau itu, 66,9 persen di antaranya digunakan untuk proyek-proyek dengan manfaat pengurangan karbon langsung dan tidak langsung.
Dukungan keuangan sangat diperlukan, kata Dong Ximiao, peneliti paruh waktu di Universitas Fudan, seraya menambahkan bahwa program relending akan membantu mendorong pembangunan hijau serta meningkatkan kemauan dan kapasitas lembaga keuangan untuk mendukung penggunaan batu bara yang bersih dan efisien.
China bertujuan untuk meningkatkan porsi konsumsi energi nonfosil dalam konsumsi energi primernya menjadi sekitar 25 persen pada 2030, mencapai puncak emisi karbon dioksida sebelum 2030, serta mencapai netralitas karbon sebelum 2060. [Xinhua]