BEIJING – Di tengah seruan untuk menyelamatkan planet ini, China menetapkan sejumlah target ambisius dan mengambil langkah-langkah solid untuk mengatasi perubahan iklim, menyuntikkan kepastian ke dalam perjuangan global melawan isu yang mengkhawatirkan itu.
“Visi akan menjadi kenyataan hanya jika kita mewujudkannya,” kata Presiden China Xi Jinping pada Senin (1/11) dalam pernyataan tertulis pada Konferensi Para Pihak Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang Perubahan Iklim ke-26 (United Nations Climate Change Conference of the Parties/COP26).
“Para pihak perlu memenuhi komitmen mereka, menetapkan target dan visi yang realistis, serta melakukan upaya terbaik berdasarkan kondisi negara guna menjalankan aksi iklim mereka,” ujar Xi.
China menargetkan untuk mencapai puncak emisi CO2 sebelum 2030 dan mencapai netralitas karbon sebelum 2060. Demi memenuhi target ini, negara tersebut memformulasikan dan merilis dokumen desain tingkat tinggi untuk mencapai puncak emisi karbon dan mencapai netralitas karbon, serta sebuah rencana aksi untuk mencapai puncak emisi karbon sebelum 2030.
“Rencana implementasi spesifik untuk area-area utama seperti energi, industri, konstruksi, dan transportasi, serta sektor-sektor inti seperti batu bara, listrik, besi dan baja, serta semen akan diluncurkan, digabungkan dengan langkah-langkah pendukung dalam hal ilmu pengetahuan dan teknologi, penyerap karbon, fiskal dan perpajakan, serta insentif keuangan,” tutur Xi.
“Jika disatukan, semua langkah ini akan membentuk kerangka kebijakan ‘1+N’ untuk mencapai puncak karbon dan netralitas karbon, dengan jadwal, pemetaan, dan cetak biru yang dijabarkan dengan jelas,” imbuhnya.
“Siapa pun yang mengenal China dengan baik yakin bahwa negara saya serius perihal mengurangi emisi karbon dan mengupayakan pembangunan ramah lingkungan, dan bahwa kami sungguh-sungguh dengan ucapan kami,” kata Duta Besar China untuk Inggris Zheng Zeguang dalam artikel yang diterbitkan dalam surat kabar The Guardian pada Rabu (27/10), menepis kekhawatiran tentang apakah China akan memenuhi janjinya untuk mengurangi emisi.
“Siapa pun yang familier dengan sistem politik China tahu bahwa begitu keputusan dan target ditetapkan oleh Komite Sentral Partai Komunis China dan pemimpin tertinggi, semua itu diintegrasikan ke dalam program pembangunan nasional secara keseluruhan, diubah menjadi rencana aksi yang dapat diwujudkan dan dilaksanakan dengan baik oleh pemerintah daerah dan departemen yang kompeten,” ujar Zheng.
China sudah lama dikenal sebagai negara yang berpikir strategis dan bertindak untuk kesuksesan jangka panjang. Desain tingkat tinggi yang bersifat ilmiah dan implementasi rencana yang kuat adalah kunci dari pencapaian negara itu dalam hal perubahan iklim.
Terkait aksi iklim, China mencapai targetnya untuk tahun 2020 lebih cepat dari jadwal. Hingga akhir tahun lalu, intensitas emisi karbon turun 48 persen dibanding tahun 2005, dan bahan bakar nonfosil mencakup 16 persen dari total konsumsi energi primer. China menghapus kapasitas terpasang pembangkit listrik tenaga uap batu bara sebesar 120 juta kilowatt selama satu dekade terakhir.
“Kontribusi China yang paling penting adalah komitmennya yang kuat untuk memerangi perubahan iklim,” tutur mantan sekretaris jenderal PBB Ban Ki-moon dalam sesi wawancara dengan Xinhua baru-baru ini.
Ban mengatakan China memainkan “peran penentu” dalam proses negosiasi Perjanjian Paris pada Desember 2015, seraya menambahkan bahwa tanpa upaya China, “kita tidak akan memiliki Perjanjian Paris tentang perubahan iklim bahkan sampai saat ini.”
Sebagai negara yang bertanggung jawab, China siap membagikan pengalaman dan pendekatannya kepada masyarakat internasional. Mulai dari membantu Afrika memantau sistem iklim dengan teknologi satelit dan membangun zona-zona percontohan rendah karbon di Asia Tenggara, hingga memperkenalkan bohlam hemat energi ke negara-negara kepulauan kecil, kerja sama China dengan kawasan-kawasan di dunia yang kurang berkembang membuahkan hasil yang nyata.
China telah meluncurkan sejumlah inisiatif aksi ramah lingkungan yang mendorong penggunaan infrastruktur, energi, transportasi, dan keuangan ramah lingkungan di bawah kerangka Inisiatif Sabuk dan Jalur Sutra (Belt and Road Initiative/BRI). Pada 2020, 57 persen investasi China di negara-negara mitra BRI disalurkan ke proyek-proyek energi terbarukan, naik dari 38 persen pada 2019.
“Negara-negara maju tidak hanya perlu berbuat lebih untuk wilayahnya sendiri, tetapi juga memberikan dukungan untuk membantu negara-negara berkembang menjadi lebih baik,” kata Xi.
“Masyarakat zaman China kuno meyakini bahwa ‘tata kelola yang sukses bergantung pada aksi yang solid.’ Saya berharap semua pihak akan melakukan aksi yang lebih kuat guna bersama-sama memerangi tantangan iklim dan melindungi planet ini, rumah bersama bagi kita semua,” ujar Xi. [Xinhua]