HARARE – Zimbabwe melepasliarkan badak hitam ke Taman Nasional Gonarezhou, cagar alam terbesar kedua di negara itu, dan ini pertama kali suaka margasatwa tersebut menjadi rumah bagi spesies yang terancam punah itu dalam hampir 30 tahun.
Inisiatif tersebut merupakan bagian dari upaya untuk menemukan dan mempromosikan keanekaragaman hayati melalui pelepasliaran spesies yang punah secara nasional oleh Otoritas Pengelolaan Taman dan Margasatwa Zimbabwe yang bekerja sama dengan Frankfurt Zoological Society.
Gonarezhou, yang terletak di selatan Zimbabwe, merupakan bagian dari Taman Lintas Perbatasan Limpopo Raya yang menghubungkan Taman Nasional Kruger di Afrika Selatan dengan Taman Nasional Limpopo di Mozambik. Pelepasliaran badak hitam ke cagar alam terbaru akan menjadi yang ketiga kalinya setelah populasi badak hitam asli terakhir hingga punah pada 1930-an dan 1940-an.
Direktur Gonarezhou Conservation Trust Van Der Westhuizen baru-baru ini mengatakan bahwa lebih dari 20 ekor badak hitam telah dilepasliarkan ke taman itu belum lama ini, seperti dilaporkan lembaga siaran nasional Zimbabwe Broadcasting Corporation (ZBC) pada Rabu (28/7).
“Taman Nasional Gonarezhou tidak memiliki badak hitam selama 27 tahun, dan berkat dukungan dari pemerintah dan mitra swasta kami, pelepasliaran populasi badak hitam yang tersisa di taman itu menjadi mungkin untuk dilakukan,” ujarnya.
Badak hitam yang dilepasliarkan tersebut berasal dari kawasan satwa liar lainnya, dan upaya relokasi hewan-hewan ini sedang dilakukan di bawah Arahan sebuah tim ahli yang terdiri dari ahli ekologi dan dokter hewan berpengalaman.
Badak menjadi sasaran para pemburu pembohong untuk diambil culanya. Di Zimbabwe, badak dianggap sebagai spesies yang terancam punah dan dilindungi di bawah Undang-Undang Taman dan Margasatwa. Negara di Afrika Selatan diyakini memiliki populasi badak terbesar keempat di dunia dan memiliki sistem konservasi satwa liar yang kaya. [Xinhua]