NAIROBI – Hilangnya habitat menjadi ancaman terbesar bagi satwa liar di Kenya, demikian menurut seorang ahli konservasi.
Nancy Githaiga, Country Director Africa Wildlife Foundation (AWF) Kenya, mengatakan kepada wartawan di Nairobi pada Kamis (28/10) pekan lalu bahwa terus berlanjutnya fragmentasi atau penyusutan lahan di Kenya untuk digunakan sebagai lahan pertanian dan permukiman manusia telah mengurangi ruang yang tersedia bagi spesies ikonis.
“Kami meminta pemerintah untuk menerapkan kebijakan zonasi lahan yang ketat guna melestarikan ruang untuk kebutuhan satwa liar,” kata Githaiga dalam perayaan 60 tahun berdirinya AWF.
Githaiga menambahkan bahwa Kenya harus menyeimbangkan antara pembangunan dan konservasi satwa liar guna melestarikan kekayaan warisan negara tersebut.
Menurut AWF, konservasi satwa liar harus menjadi prioritas karena perannya yang besar dalam pariwisata dan kegiatan ekonomi lainnya.
Githaiga mengatakan bahwa di masa lalu, perburuan sempat menjadi ancaman terbesar bagi populasi satwa liar, namun peningkatan pengawasan dan tindakan perlindungan mengurangi aksi perburuan ilegal secara drastis.
Dia mengatakan bahwa meningkatnya tingkat hukuman terhadap pelaku perburuan satwa liar memainkan peran dalam mengurangi pembunuhan ilegal satwa liar di negara tersebut.
Najib Balala, Sekretaris Kabinet Kementerian Pariwisata dan Margasatwa Kenya, mengatakan bahwa sekitar 20 persen daratan negara itu dihuni satwa liar.
“Target kami adalah memperluas daratan yang ditujukan untuk perlindungan satwa liar menjadi 30 persen guna memperluas habitat bagi populasi satwa liar Kenya yang terus bertambah,” imbuhnya. [Xinhua]