PHNOM PENH – Kaum muda yang tinggal di Kamboja termasuk di antara kelompok yang paling berisiko terkena dampak perubahan iklim, yang mengancam kesehatan, pendidikan, dan perlindungan mereka, demikian disampaikan Dana Anak-Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF) dalam pernyataan pers di Kamboja pada Minggu (22/8).
Mengutip laporan global pertama UNICEF tentang “Krisis Iklim adalah Krisis Hak Anak: Memperkenalkan Indeks Risiko Iklim Anak”, pernyataan itu menyebutkan bahwa anak-anak Kamboja berada di peringkat 46 dunia untuk kategori yang paling rentan di antara 163 negara dan kawasan.
Laporan tersebut menemukan bahwa anak-anak Kamboja sangat rentan terhadap kelangkaan air, banjir sungai, dan penyakit yang ditularkan melalui vektor. Namun, investasi dalam layanan sosial, terutama akses untuk mendapatkan air, sanitasi dan kebersihan, kesehatan dan gizi, serta pendidikan dan layanan perlindungan sosial dapat memberikan perbedaan yang signifikan untuk melindungi masa depan mereka dari dampak perubahan iklim.
“Krisis iklim adalah krisis hak anak karena mengancam seluruh aspek kesehatan dan kesejahteraan anak-anak dalam skala yang belum pernah dialami umat manusia sebelumnya,” kata Foroogh Foyouzat, perwakilan UNICEF di Kamboja.
“Dunia dan anak-anak Kamboja menyadari bahwa perubahan iklim adalah ancaman bagi masa depan mereka, dan mereka menyerukan kepada para pemimpin dunia dan semua orang agar bertindak,” katanya. “Kita perlu mendengarkan kekhawatiran dan kebutuhan mereka, dan mengintegrasikannya ke dalam semua pengambilan keputusan terkait iklim. Pada saat yang sama, kita sangat perlu mengurangi emisi gas rumah kaca dan meningkatkan investasi dalam adaptasi dan ketahanan terhadap iklim dalam berbagai layanan yang penting untuk mereka.”
Tanpa langkah mendesak yang diperlukan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, anak-anak akan terus menjadi kelompok yang paling menderita, kata Foyouzat. Dia juga menambahkan bahwa dibandingkan orang dewasa, anak-anak membutuhkan lebih banyak makanan dan air per unit berat badan mereka, kurang mampu bertahan dalam cuaca ekstrem, serta lebih rentan terhadap bahan kimia beracun, perubahan suhu, dan penyakit, di antara faktor-faktor lainnya.
“Perubahan iklim telah menjadikan dunia tempat yang lebih berisiko bagi anak-anak untuk hidup dan bertumbuh, tetapi kita dapat mencegahnya menjadi lebih buruk jika kita bertindak sekarang,” katanya. “Kita perlu berinvestasi dalam layanan yang mereka andalkan untuk bertahan dan berkembang, seperti infrastruktur air, perawatan kesehatan, dan pendidikan.”
Direktur Regional UNICEF Marcoluigi Corsi mengatakan anak-anak di Asia Timur dan negara-negara Pasifik berada di garis depan krisis iklim, dan bahaya iklim yang mereka hadapi, mulai dari gelombang panas mematikan dan kekeringan hingga banjir dan kebakaran hutan, sudah menjadi lebih parah dan intens.
“Kawasan ini adalah salah satu yang paling rentan mengalami bencana terkait iklim di dunia, dengan sekitar separuh dari populasinya terkena dampak langsung setiap tahun,” paparnya.
Ditambahkan Corsi bahwa krisis iklim secara tidak proporsional memengaruhi anak-anak dan remaja yang paling rentan, memperburuk ketidaksetaraan yang ada saat ini, dan merusak kemajuan yang telah dicapai selama beberapa dekade terakhir. [Xinhua]