CANBERRA – Lebih dari 10 persen spesies hiu Australia terancam punah, menurut laporan pemerintah.
Pusat keanekaragaman hayati laut Program Ilmu Lingkungan Nasional (National Environmental Science Program/NESP) pada Selasa (21/9) menerbitkan kajian lengkap pertama mengenai risiko kepunahan untuk semua jenis hiu, pari, dan hiu hantu (chimaera) asal Australia.
Hasil dari kajian tersebut mengungkapkan bahwa perairan Australia adalah rumah bagi lebih dari seperempat spesies ikan bertulang rawan di dunia, dengan jumlah total 182 spesies hiu, 132 spesies pari, dan 14 spesies hiu hantu (chimaera). Laporan itu juga menyebut bahwa 12 persen, atau 39 spesies, terancam punah.
Peter Kyne, seorang peneliti senior dari Charles Darwin University sekaligus penulis utama laporan tersebut, mengatakan tindakan harus segera diambil.
“Walaupun risiko di Australia jauh lebih rendah jika dibandingkan di tingkat global yang mencapai 37 persen, hal itu memicu kekhawatiran terhadap nasib 39 spesies Australia yang dinilai memiliki risiko kepunahan lebih tinggi,” katanya dalam rilis media.
“Di seluruh Australia, banyak hiu dan pari kami yang terancam punah dianggap tidak memiliki signifikansi komersial sehingga sebagian besar ‘terlupakan’, tetapi mereka tetap membutuhkan perlindungan di tingkat nasional, negara bagian, dan teritori.”
Dia mengatakan bahwa “ada tanda-tanda positif” dari perlindungan dan pengelolaan yang dilakukan guna menjaga beberapa spesies ikonis seperti Hiu Putih dan Hiu Macan Pasir, meskipun hasil kajian menunjukkan bahwa spesies ini “masih terancam.”
Laporan itu menemukan bahwa perairan Australia juga berperan sebagai tempat perlindungan bagi 45 spesies yang terancam punah di belahan dunia lainnya, termasuk ikan pari gitar raksasa.
“Meski kita harus mensyukuri status aman bagi banyak spesies ikan, kita tetap harus meningkatkan upaya penelitian dan pemeliharaan hiu dan pari Australia yang terancam punah,” kata Kyne.
Para peneliti dari Institut Ilmu Kelautan Australia, Universitas James Cook, serta Organisasi Penelitian Ilmiah dan Industri Persemakmuran (Commonwealth Scientific and Industrial Research Organization/CSIRO) juga berkontribusi pada laporan setebal 442 halaman itu. [Xinhua]