GUANGZHOU – Pakar epidemiologi kenamaan China, Zhong Nanshan, mengatakan dalam sebuah wawancara dengan Xinhua bahwa membangun pertahanan imun sangat dibutuhkan untuk memerangi varian COVID-19 Delta yang sangat menular.
Zhong mengatakan kemunculan kembali virus COVID-19 di Guangzhou, ibu kota Provinsi Guangdong, China selatan, menjadi kali pertama bagi China untuk mengatasi penyebaran varian Delta di masyarakat. Varian tersebut, yang pertama kali teridentifikasi di India, memiliki masa inkubasi lebih pendek daripada varian lain dan individu yang terinfeksi membutuhkan masa pemulihan lebih lama.
“Guangzhou telah meraih beberapa pencapaian dalam memerangi varian ini, tetapi daerah lain harus mengambil langkah-langkah pencegahan yang diperlukan,” tutur Zhong.
PENCAPAIAN AWAL
Total 153 kasus dilaporkan di Guangzhou sejak Mei, tetapi tidak ada kasus lokal baru dilaporkan sejak 19 Juni. Kota tersebut telah dicoret dari daftar daerah berisiko menengah untuk COVID-19 di China, ungkap pejabat kesehatan setempat pada Sabtu (26/6).
Zhong mengatakan departemen-departemen pengendalian penyakit tingkat provinsi maupun kota melaksanakan investigasi epidemiologis tepat waktu dan berkualitas tingi setelah menerima laporan kasus pada 21 Mei.
Pengurutan gen dari seluruh 153 kasus di Guangzhou kini telah dilaksanakan. Hasilnya menunjukkan bahwa kasus-kasus tersebut bersifat homolog dan rantai penularannya jelas. Upaya ini memberikan dukungan data bagi pihak otoritas untuk menilai situasi dan menerapkan langkah-langkah pengendalian, urainya.
“Dengan mempertimbangkan muatan virus yang tinggi dan sifat yang sangat menular dari galur Delta, kami menegaskan bahwa siapa pun yang berada dalam ruangan, unit, atau bangunan yang sama dengan pasien hingga empat hari sebelum penyakit muncul dianggap sebagai kontak dekat,” tutur Zhong. “Karena adanya perubahan definisi dari kontak dekat ini, metode manajemen yang berbeda pun diterapkan.”
Dia mengatakan bahwa Guangzhou telah menggunakan teknologi mahadata untuk melacak orang yang menjadi perhatian, termasuk mereka yang pernah berkunjung ke daerah berisiko menengah dan melakukan kontak dekat dengan kasus-kasus baru.
“Metode antivirus yang baru, inovatif, dan lebih tepat sasaran ini membuat kami bisa mengendalikan kemunculan kembali (virus) secara cepat,” papar Zhong.
URGENSI PERTAHANAN IMUN
“Galur Delta memiliki muatan virus yang tinggi dan masa inkubasi yang pendek, sehingga membuatnya dua kali lebih menular daripada COVID-19 varian biasa,” kata pakar epidemiologi kenamaan tersebut.
Dia menyampaikan bahwa untuk menyeimbangkan antara pembangunan ekonomi dan upaya memerangi varian Delta, dibutuhkan percepatan laju vaksinasi dan membangun pertahanan imun di masyarakat.
Zhong melanjutkan bahwa analisis awal terhadap lebih dari 100 pasien di Guangdong menunjukkan vaksin China efektif dalam mencegah perkembangan pneumonia dan infeksi parah. Dirinya mengimbau agar semakin banyak warga melakukan vaksinasi.
Sampai dengan Kamis (24/6), lebih dari 1,1 miliar dosis vaksin telah disuntikkan di China Daratan. “Kami perlu 80 persen atau lebih populasi negara ini divaksin untuk membangun pertahanan imun,” ujarnya. [Xinhua]