JENEWA – Seiring meningkatnya jumlah kasus COVID-19 di seluruh dunia selama sembilan pekan berturut-turut, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Rabu (28/4) menyampaikan bahwa India menyumbangkan 38 persen dari total infeksi, atau 2.172.063 kasus baru, dalam periode tujuh hari yang berakhir pada 25 April.
Lonjakan kasus di India ini diketahui dipicu oleh varian baru COVID-19 yang disebut sebagai “mutan ganda” dan secara ilmiah diidentifikasi sebagai B1617. Varian baru ini “terdeteksi dengan prevalensi yang meningkat” di antara kasus-kasus baru di negara tersebut, menurut WHO.
Varian B1617 diyakini mengandung mutasi dari dua varian virus yang berbeda. WHO mengatakan B1617 “memiliki tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi dibanding varian lain yang menyebar di India, menunjukkan potensi peningkatan kemampuan penularan.”
Saat ini, sebanyak 17 negara diduga menjadi tempat penyebaran varian baru tersebut, ungkap WHO dalam informasi mingguan terbarunya. Negara-negara tersebut meliputi Singapura, Inggris, dan Amerika Serikat.
Pekan lalu, India juga melaporkan peningkatan mingguan sebesar 93 persen untuk jumlah kematian akibat virus corona. Dalam tujuh hari terakhir, sebanyak 15.161 orang meninggal dunia akibat virus tersebut.
Angka kematian akibat COVID-19 juga meningkat selama enam pekan berturut-turut di Asia tenggara dan kawasan Mediterania timur, tetapi di lokasi lainnya angka kematian mengalami penurunan tipis.
“Singkatnya, jumlah kasus di seluruh dunia pada pekan lalu hampir sama banyak dengan jumlah kasus selama lima bulan pertama pandemi,” kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus pada Senin (26/4). Dia menyebut situasi di India “lebih dari memprihatinkan.” [Xinhua]