BRUSSEL – Upaya vaksinasi di dalam dan luar Uni Eropa (UE) harus terus berlanjut sehingga “(situasi) ini tidak berubah menjadi pandemi bagi mereka yang tidak divaksinasi,” kata Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen pada Rabu (15/9).
Pernyataan tersebut disampaikan von der Leyen dalam pidato kenegaraannya yang kedua di hadapan Parlemen Eropa di Strasbourg, Prancis. Menurut von der Leyen, meskipun lebih dari 70 persen populasi orang dewasa di UE telah menerima vaksinasi lengkap, kesenjangan di antara negara-negara dalam blok tersebut tetap ada.

“Kami melihat perbedaan yang mengkhawatirkan dalam tingkat vaksinasi di Uni (Eropa) kami,” kata von der Leyen, menambahkan bahwa upaya vaksinasi juga harus dilanjutkan di luar blok tersebut, terutama di negara-negara berpenghasilan rendah, karena hanya kurang dari satu persen dosis global diberikan di negara-negara ini.
Dia menjanjikan tambahan 200 juta dosis untuk disumbangkan pada pertengahan 2022, selain komitmen sebelumnya yakni sebanyak 250 juta dosis. Selain itu, satu miliar euro (1 euro = Rp16.851) akan diinvestasikan dalam kapasitas produksi untuk vaksin mRNA di Afrika.
UE juga meningkatkan kesiapan pandeminya dengan proposal Otoritas Kesiapan dan Respons Darurat Kesehatan Eropa (European Health Emergency Preparedness and Response Authority/HERA). Proposal ini akan mendapatkan 50 miliar euro pada 2027, kata von der Leyen.

UE menyediakan 700 juta dosis vaksin COVID-19 untuk populasinya, dan jumlah dosis yang sama telah diekspor ke lebih dari 130 negara dan kawasan di seluruh dunia.
Blok tersebut mendukung ekonominya selama pandemi dengan instrumen Dukungan untuk Memitigasi Risiko Pengangguran dalam Keadaan Darurat (Support to mitigate Unemployment Risks in an Emergency/SURE), yang menyediakan bantuan keuangan bagi para pekerja dan perusahaan. Berkat SURE, ekonomi di 19 negara akan kembali ke tingkat sebelum pandemi tahun ini, dan sisanya akan menyusul tahun depan, kata von der Leyen. [Xinhua]