JENEWA – Ada terlalu banyak hal yang menghalangi para pengungsi untuk mengikuti vaksinasi COVID-19, kata Komisioner Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi (UNHCR) pada Kamis (24/6), dengan hanya sebagian kecil dari 82,4 juta pengungsi menerima suntikan vaksin.
“Di seluruh dunia, kita melihat komitmen kuat untuk tidak mengabaikan pengungsi dalam rencana vaksinasi COVID-19. Namun, berbagai hambatan untuk vaksinasi masih ada,” demikian ditekankan Ann Burton, Kepala Seksi Kesehatan Masyarakat UNHCR.
Organisasi yang berbasis di Jenewa itu melaporkan beberapa jenis hambatan, termasuk pusat vaksinasi yang lokasinya terlalu jauh dan sistem registrasi yang terlalu rumit untuk digunakan atau dalam bahasa yang tidak dipahami para pengungsi.
Di beberapa negara, vaksinasi mewajibkan dokumen identitas yang tidak dimiliki oleh banyak pengungsi dan pencari suaka. Sementara di negara-negara lainnya, biaya vaksin terlalu tinggi bagi pengungsi, yang berdampak terhadap keadilan akses untuk mendapatkan vaksin COVID-19. Kurangnya informasi, atau bahkan kesalahan informasi dalam sejumlah kasus, menciptakan lebih banyak masalah untuk memvaksinasi pengungsi.
Organisasi PBB itu mengapresiasi upaya dari sejumlah negara, terutama Serbia, yang mengantarkan langsung vaksin ke pusat-pusat suaka dan merampungkan program vaksinasi untuk pengungsi yang tinggal di perumahan pribadi. UNHCR berharap lebih banyak upaya akan dilakukan untuk memvaksinasi 20 persen pengungsi di seluruh dunia karena hal itu merupakan target dari COVAX Facility, inisiatif pimpinan WHO yang bertujuan menyediakan akses yang lebih adil untuk mendapatkan vaksin bagi negara-negara berpendapatan rendah dan menengah. [Xinhua]