ISTANBUL – Otoritas Turki pada Rabu (28/4) mengimbau warganya untuk mengurangi mobilitas mereka dan tetap tinggal di rumah saat negara itu bersiap untuk memberlakukan karantina wilayah (lockdown) penuh selama lebih dari dua pekan pada Kamis (29/4).
“Mereka yang ingin memanfaatkan periode lockdown penuh itu menjadi kesempatan liburan dengan pergi ke rumah musim panas atau menyewa apartemen di kota resor dapat menyebabkan peningkatan kasus (COVID-19),” kata Mustafa Necmi Ilhan, anggota Komite Ilmiah Kementerian Kesehatan Turki, kepada kantor berita Demiroren.
Lockdown akan dimulai pada Kamis pukul 19.00 waktu setempat dan akan berlangsung hingga 17 Mei, dan perjalanan antarkota tidak diizinkan, kecuali untuk kasus-kasus yang mendesak.
“Saya mengajak warga kami untuk mematuhi aturan di saat negara telah melakukan begitu banyak upaya pencegahan, dan tenaga profesional kesehatan telah bertugas selama 13 bulan terakhir tanpa cuti,” imbuh Ilhan, seraya mengungkapkan adanya risiko tinggi penularan COVID-19.
Sementara itu, arus keluar dari kota paling padat di Turki, Istanbul, terus berlanjut selama 24 jam terakhir, dan intensitas lalu lintas naik hingga 65 persen pada pukul 11.30 waktu setempat.
Rekaman media menunjukkan kepadatan kendaraan di jalan raya yang menghubungkan Istanbul ke kota-kota lain.
“Cara untuk mengurangi jumlah kasus bukanlah dengan berkumpul dalam kerumunan,” kata Ilhan, seraya menyerukan kepada orang-orang untuk menghentikan mobilitas dan tetap tinggal bersama keluarga inti.
Tetapi kepadatan terus meningkat di terminal bus utama di Istanbul, dan sebagian besar tiket dari kota itu ke provinsi-provinsi lain telah terjual habis, menurut laporan pers.
“Untuk pertama kalinya dalam setahun, bus-bus kami penuh,” kata Adnan Ayhan, seorang staf perusahaan bus, kepada lembaga penyiaran NTV. “Semua orang yang melakukan perjalanan, kebanyakan pergi ke kampung halaman mereka.”
Pemesanan hotel di kota resor paling populer di Turki, seperti Bodrum di Provinsi Mugla, Turki barat daya, telah naik hingga 45 persen.
Wali Kota Bodrum Ahmet Aras mengatakan kepada Xinhua bahwa orang-orang dengan kondisi ekonomi yang baik yang tidak ingin menghabiskan periode pembatasan ini di apartemen di kota-kota metropolitan akan lebih memilih wilayah tersebut, menyebabkan peningkatan populasi kota itu dalam periode mendatang.
“Kami terus melakukan peringatan melalui beberapa jalur, sehingga mereka yang datang ke Bodrum dari luar akan peka dalam memakai masker dan mematuhi aturan menjaga jarak sosial (social distancing),” kata Aras.
Aras juga menyatakan, kota itu memperkirakan peningkatan kepadatan lalu lintas hingga Kamis malam karena para pendatang baru.
Sang wali kota mengatakan pusat krisis kota itu telah mengambil semua jenis tindakan ekonomi dan sosial untuk menjaga warga dari kesulitan.
Koresponden Kantor Berita Xinhua melaporkan dari Istanbul, Turki. (XHTV)