ANKARA – Turki pada Senin (26/4) mengumumkan akan memberlakukan karantina wilayah (lockdown) penuh sebagai upaya untuk membendung lonjakan kasus COVID-19.
Lockdown akan berlangsung dari 29 April hingga 17 Mei, dengan tujuan menurunkan angka kasus harian hingga di bawah 5.000, kata Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dalam jumpa pers usai rapat kabinet.
Perjalanan antarkota akan dibatasi kecuali bagi yang memiliki izin, angkutan umum antarkota akan beroperasi dengan kapasitas 50 persen, sementara sekolah di semua tingkatan akan menangguhkan pendidikan tatap muka, jelas Erdogan.
Meski demikian, sektor manufaktur dan makanan akan dikecualikan dari pembatasan ini, imbuhnya.
Turki pada Senin melaporkan 37.312 kasus baru COVID-19, termasuk 2.716 di antaranya merupakan pasien bergejala, menambah total kasus positif di negara itu menjadi 4.667.281, demikian diungkapkan Kementerian Kesehatan Turki.
Jumlah kematian akibat virus corona di Turki bertambah 353 menjadi 38.711, sementara total pasien sembuh naik menjadi 4.121.671 setelah tambahan 48.027 pasien dinyatakan sembuh dalam 24 jam terakhir.
Tingkat pneumonia pada pasien COVID-19 mencapai 2,4 persen, sedangkan jumlah pasien yang sakit parah mencapai 3.563 di negara itu, imbuh pihak kementerian.
Sebanyak 268.893 tes telah dilakukan dalam satu hari terakhir, dan jumlah keseluruhan tes di Turki kini mencapai 46.153.151.
Kampanye vaksinasi massal COVID-19 di Turki dimulai pada 14 Januari setelah otoritas negara itu menyetujui penggunaan darurat vaksin CoronaVac China. Sejauh ini, lebih dari 13.334.000 orang telah divaksinasi. Turki melaporkan kasus COVID-19 pertamanya pada 11 Maret 2020.
Koresponden Kantor Berita Xinhua melaporkan dari Ankara. (XHTV)