LONDON – Sejumlah pasien di Amerika Serikat dengan berbagai gejala COVID-19 yang melemahkan tubuh namun tanpa adanya diagnosis positif harus menunggu berbulan-bulan sebelum dapat menerima perawatan yang tepat, demikian dilaporkan The Guardian pada Rabu (25/8).
Gejala sisa pasca fase akut COVID-19, atau “Long COVID”, mempengaruhi sekitar 10 persen hingga 30 persen orang yang terinfeksi virus tersebut, kata laporan itu. Selain itu, menurut laporan tersebut, kondisi medis ini dapat bertahan hingga lebih dari satu tahun dan disertai lebih dari 200 kemungkinan gejala, seperti kelelahan ekstrem, kabut otak dan sesak napas, serta mempengaruhi 10 sistem organ.
Bagi pasien “Long COVID”, mungkin sudah terlambat untuk mendeteksi infeksi awal, mengingat antibodi terhadap virus corona yang dapat hilang dalam hitungan bulan kemungkinan sudah hilang pada saat dilakukan tes, papar laporan tersebut.
Tanpa adanya tes positif, pasien dapat menghadapi praktisi kesehatan yang mengabaikan kemungkinan hubungan antara gejala dengan virus COVID-19, kata laporan itu, yang menyertai kisah-kisah memprihatinkan dari beberapa pasien yang diberitahu bahwa gejala-gejala itu “hanya ada di kepala Anda” atau tidak nyata.
Akibatnya, pasien-pasien ini mendapati diri mereka dalam “kondisi medis yang menggantung”, mengalami hambatan untuk mengakses pengobatan di klinik “Long COVID”, dan menemui persoalan saat menghadapi otorisasi asuransi dan tunjangan disabilitas.
Beberapa dari pasien ini akhirnya menghabiskan puluhan ribu dolar untuk biaya pengobatan karena diagnosis COVID-19 yang tertunda memaksa mereka mencari spesialis yang tidak ditanggung oleh asuransi, kata laporan itu. [Xinhua]