SYDNEY – Sumber dan tujuan dari laporan jurnalis Australia Sharri Markson yang menggembar-gemborkan hipotesis kebocoran laboratorium Wuhan dipertanyakan oleh para ahli dan profesional media, demikian menurut sebuah laporan yang dipublikasikan di The Guardian.
Ketika laporan awal Markson dipublikasikan pada 2020, Media Watch ABC mempertanyakan keasliannya dengan mengutip para ahli yang mengatakan tidak ada bukti bahwa virus corona baru berasal dari laboratorium tersebut, papar artikel yang diterbitkan pada 13 Juli itu.
Meski laporan Markson terlanjur diyakini oleh kalangan pro-Trump dan lingkaran sayap kanan jauh di Amerika Serikat (AS), sumber dan tujuannya sangat dipertanyakan.
Terpampang di enam halaman Daily Telegraph, cerita lanjutannya soal “berkas mengejutkan” tersebut konon memperkuat teori kebocoran laboratorium. Hal ini menimbulkan kritik berkelanjutan di media lain saat “berkas” itu ternyata hanya berisi rangkuman informasi yang tersedia untuk umum.
Teori itu, yang lagi-lagi diperkuat di media AS, di mana New York Post menyebutnya “berkas terkutuk yang bocor dari badan intelijen ‘Five Eyes'”, ditolak oleh ABC karena mengandalkan bukti “nonkertas.”
Prof. Dominic Dwyer, seorang ahli virologi medis Australia, mengatakan bahwa media Australia itu telah terjebak oleh masalah politik alih-alih ilmu pengetahuan.
Dwyer adalah bagian dari tim penyelidikan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Januari lalu yang menemukan bahwa kebocoran laboratorium tidak mungkin terjadi dan bahwa virus corona mungkin menginfeksi manusia melalui kelelawar atau tenggiling.
Kompleksitas ilmu pengetahuan membuat media, khususnya reporter generalis, dengan reporter spesialis yang lebih jarang dari sebelumnya, menjadi sulit memahami, tambahnya.
“Dan Anda memiliki seorang presiden yang mengembangkan teori yang belum terbukti untuk segala macam hal seperti ini. Itu membuat sisi lain dari perpecahan politik defensif, sehingga mereka menyerang alih-alih berupaya menganalisis bukti,” imbuhnya. [Xinhua]