Sebuah studi menyatakan bahwa tingkat rawat inap untuk pasien yang telah divaksinasi adalah 0,06 persen, atau 6 dari 10.000 pasien, dan 1 dari 10.000 orang yang telah menerima vaksinasi sekaligus memperoleh kekebalan melalui infeksi sebelumnya.
LOS ANGELES, Kasus rawat inap karena infeksi “terobosan” (breakthrough) COVID-19, atau infeksi setelah vaksinasi, sangat jarang terjadi. Terdapat kurang dari 1 dari 1.000 kasus rawat inap di rumah sakit akibat infeksi COVID-19 setelah divaksinasi, ungkap sebuah studi baru dari Mayo Clinic.
Studi yang dipublikasikan di Clinical Infectious Diseases tersebut menyatakan bahwa tingkat rawat inap untuk pasien yang telah divaksinasi adalah 0,06 persen, atau 6 dari 10.000 pasien, dan 1 dari 10.000 orang yang telah menerima vaksinasi sekaligus memperoleh kekebalan melalui infeksi sebelumnya.
Studi tersebut mendukung penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa vaksinasi adalah cara terbaik untuk mencegah infeksi parah, rawat inap, dan kematian akibat COVID-19, kata Mayo Clinic dalam rilisnya pada Selasa (22/3).
“Pada kelompok pasien perawatan primer umum, mereka yang telah divaksinasi memiliki risiko yang sangat rendah untuk dirawat di rumah sakit karena kasus breakthroughCOVID-19,” kata penulis utama penelitian Benjamin Pollock, seorang peneliti di Center for the Science of Health Care Delivery di Mayo Clinic. “Studi kami menunjukkan bahwa kendati itu (infeksi terobosan) bisa dan memang terjadi, kemunculannya tergolong sangat jarang.”
Para peneliti membuat studi longitudinal terhadap 106.349 pasien perawatan primer di Mayo Clinic di Rochester yang berusia 18 tahun atau lebih dan teruji positif COVID-19, dan/atau telah divaksinasi COVID-19, menurut rilis tersebut.
Dari seluruh pasien tadi, hanya 69 yang dirawat di rumah sakit karena infeksi terobosan COVID-19, demikian ungkap studi tersebut. [Xinhua]