YERUSALEM – Para peneliti Israel menemukan bahwa kekurangan vitamin D prainfeksi berkaitan dengan meningkatnya tingkat keparahan dan kematian akibat COVID-19, demikian disampaikan Universitas Bar Ilan (Bar Ilan University/BIU) pada Senin (21/6).
Studi yang dilakukan oleh BIU dan Pusat Medis Galilea (Galilee Medical Center/GMC) itu menilai korelasi tersebut dengan menggunakan level vitamin D yang rendah yang diukur sebelum infeksi terjadi dan berfokus pada tingkat keparahan penyakit.
Dalam studi tersebut, dilakukan pencarian data level vitamin D dalam riwayat pasien COVID-19 yang dilarikan ke GMC, yang diukur 14 hingga 730 hari sebelum mendapat hasil tes positif.
Ditemukan bahwa jika dibandingkan dengan pasien yang mengalami sakit ringan atau sedang, mereka yang terjangkit COVID-19 dengan kondisi parah atau kritis lebih mungkin mengalami kekurangan vitamin D sebelum terinfeksi, dengan level vitamin D kurang dari 20 ng/mL.
“Vitamin D kerap dikaitkan dengan kesehatan tulang, yang kemungkinan juga berperan penting dalam proses penyakit lainnya, seperti infeksi,” papar para peneliti.
“Temuan kami menambahkan aspek baru dalam memecahkan teka-teki tentang mengapa individu tertentu mengalami konsekuensi parah dari infeksi COVID-19 sementara lainnya tidak,” imbuh para peneliti. [Xinhua]