SYDNEY – Hampir sepertiga orang dewasa Australia mengaku enggan mengikuti vaksinasi COVID-19 lantaran khawatir akan efek samping vaksin dan menganggap penutupan perbatasan yang ketat saja sudah cukup menangkal virus tersebut, menurut sebuah survei pada Rabu (19/5).
Survei yang dilakukan oleh Fairfax Media dan perusahaan riset Resolve Strategic itu menemukan hanya 14 persen responden yang menjawab “amat sangat mungkin” dan 8 persen “sangat mungkin” untuk divaksinasi, sementara 13 persen lainnya mengaku “cukup mungkin” untuk melakukannya.
Survei menunjukkan tingkat keragu-raguan terhadap vaksin meningkat dibandingkan September tahun lalu dan Februari tahun ini setelah munculnya risiko pembekuan darah yang terkait dengan pemberian vaksin AstraZeneca pada orang berusia 50 tahun ke bawah. Di samping itu, banyak orang menilai tidak ada urgensi untuk divaksin ketika perbatasan internasional ditutup.
Tanda-tanda baru keraguan terhadap vaksin menyoroti tantangan untuk mencapai kekebalan kelompok (herd immunity) dari virus corona, di saat Perdana Menteri Australia Scott Morrison berupaya meningkatkan peringatannya tentang bahaya global pandemi COVID-19.
Morrison dalam konferensi pers pada Selasa (18/5) mengakui bahwa pemerintahannya perlu “meningkatkan kinerja” dalam memvaksinasi warga di fasilitas-fasilitas perawatan penyandang disabilitas, setelah jadwal peluncuran vaksin ke panti-panti jompo mundur hingga berbulan-bulan.
Negara-negara bagian Australia juga menjadikan vaksinasi sebagai prasyarat penting untuk pembukaan kembali perbatasan internasional, di tengah seruan yang meningkat agar lebih berhati-hati dalam melonggarkan pembatasan tersebut.
Kepala Pemerintahan New South Wales (NSW) Gladys Berejiklian dalam konferensi pers pada Selasa juga mengatakan bahwa NSW menargetkan 75 hingga 80 persen populasinya sudah divaksinasi sebelum perbatasan kembali dibuka.
“Kami tidak dapat melakukan itu (pembukaan kembali perbatasan) sampai sebagian besar warga kami divaksinasi,” katanya.
Pelaksana Tugas Kepala Pemerintahan Victoria James Merlino juga berpendapat bahwa kemajuan tersebut bergantung pada tindakan yang diambil pemerintah federal terkait peluncuran vaksin dan karantina, termasuk pendanaan Persemakmuran (Commonwealth) untuk pusat karantina terbaru yang diusulkan pemerintah negara bagian tersebut untuk ibu kotanya, Melbourne. [Xinhua]