Dalam studi ini, 375 staf di Rumah Sakit Danderyd di Stockholm diuji setiap hari kedua selama empat pekan. Lebih dari 20 persen di antaranya dinyatakan positif selama periode dua bulan setelah menerima dosis vaksin ketiga, dan mayoritas dari mereka tidak menunjukkan gejala.
STOCKHOLM, Satu dari lima staf rumah sakit terinfeksi varian Omicron COVID-19 segera setelah mendapat dosis vaksin ketiga, demikian menurut sebuah penelitian di Swedia.
Kendati mayoritas dari mereka hanya menunjukkan gejala ringan, tingkat virusnya cukup tinggi untuk menularkan virus tersebut hingga sembilan hari, demikian dilaporkan Swedish Television (SVT) pada Rabu (6/4).
Dalam studi tersebut, 375 staf di Rumah Sakit Danderyd di Stockholm diuji setiap hari kedua selama empat pekan. Lebih dari 20 persen di antaranya dinyatakan positif selama periode dua bulan setelah menerima dosis vaksin ketiga, dan mayoritas dari mereka tidak menunjukkan gejala.
“Ini adalah pertama kalinya tingkat virus di saluran udara diamati selama infeksi Omicron berlangsung. Sungguh mengejutkan bahwa ada begitu banyak yang dinyatakan positif dalam waktu yang lama serta memiliki tingkat virus yang tinggi meskipun baru saja menerima dosis vaksin ketiga,” kata Charlotte Thalin, seorang dokter spesialis yang mengerjakan studi tersebut kepada SVT.
Thalin mengatakan penelitian tersebut membuktikan bahwa Omicron dapat menghindari sistem kekebalan tubuh.
“Tingkat antibodi di antara mereka yang terinfeksi sama tingginya dengan mereka yang tidak terinfeksi,” katanya.
Namun, temuan tersebut tidak berarti bahwa vaksin tidak bermanfaat, tegasnya. “Vaksin melindungi dari sakit parah dan Omicron berpotensi berbahaya bagi mereka yang tidak divaksinasi, lansia, serta individu yang termasuk dalam kelompok rentan.”
“Kami juga ingin meminimalkan penyebaran infeksi karena mutasi baru dan varian virus lebih mungkin berkembang jika tingkat penyebaran infeksinya tinggi,” tambahnya.
Menurut situs web studi tersebut, mayoritas peserta telah divaksinasi, baik dengan vaksin Pfizer/BioNTech maupun AstraZeneca.
Temuan penelitian ini dipresentasikan kepada badan kesehatan masyarakat Swedia dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), demikian dilaporkan SVT. [Xinhua]