KOPENHAGEN – Risiko untuk terinfeksi varian Delta COVID-19 tetap signifikan meski telah menerima dosis pertama vaksin, menurut Statens Serum Institut (SSI) Denmark dalam pernyataan pers pada Senin (26/7).
Analisis yang dilakukan oleh badan pendeteksi penyakit menular di Denmark itu, terkait dengan kemunculan infeksi di kalangan warga yang baru menerima satu dosis vaksin selama periode antara 1 Maret hingga 13 Juli, mengungkap bahwa 22 persen dari total kasus infeksi varian Delta terjadi 14 hari setelah pemberian dosis vaksin pertama.
“Jadi meski orang-orang sudah divaksinasi dan diberi paspor corona, kami masih melihat banyak kasus infeksi varian Delta dalam kelompok ini,” ujar Palle Valentiner-Branth, kepala departemen di SSI, dalam pernyataan pers. “Oleh karena itu, semua orang harus menyadari bahwa mereka masih bisa terinfeksi dan masih harus mengikuti anjuran umum tentang pencegahan penularan serta tidak menunggu terlalu lama untuk mendapatkan dosis berikutnya.”
Saat ini, vaksin COVID-19 dari Pfizer/BioNTech dan Moderna disertakan dalam program vaksinasi nasional Denmark. Namun demikian, SSI menekankan bahwa satu dosis vaksin saja sudah cukup untuk memastikan “tingkat perlindungan yang tinggi dari kemungkinan menderita sakit parah dan menjalani perawatan di rumah sakit, terlepas dari apakah Anda terinfeksi varian Alpha atau Delta.”
Menurut laporan SSI tertanggal 5 Juli, varian Delta mencakup dua pertiga lebih dari total kasus positif di Denmark. Varian ini diproyeksikan akan segera menjadi galur dominan dan memicu lonjakan baru dalam jumlah kasus terkonfirmasi, sebut laporan itu. Dalam 24 jam terakhir, SSI melaporkan 772 kasus baru COVID-19 dan satu kematian, menambah total kasus dan kematian secara nasional masing-masing menjadi 312.292 dan 2.543. [Xinhua]