NEW YORK CITY – Johnson & Johnson (J&J) pada Rabu (25/8) mengatakan bahwa sebuah penelitian menemukan dosis kedua vaksin COVID-19 milik mereka menghasilkan respons kekebalan yang kuat, menjustifikasi suntikan penguat (booster) setelah delapan bulan.
J&J mengatakan para peneliti menemukan level antibodi meningkat sembilan kali lipat di kalangan orang-orang yang menerima dosis kedua vaksin miliknya, dibandingkan dengan satu bulan setelah mereka menerima dosis pertama. Perusahaan itu tidak memerinci kapan atau berapa banyak subjek yang menerima dosis kedua, meskipun informasi yang diunggah tentang uji klinis dalam basis data daring pemerintah menunjukkan bahwa dosis tersebut diberikan enam bulan setelah suntikan pertama.
Temuan ini diharapkan memberikan informasi bagi strategi booster di Amerika Serikat (AS) yang akan dimulai pada September, ketika AS berencana untuk mulai memberikan suntikan booster kepada orang-orang yang menerima vaksin messenger RNA (mRNA), lapor The Wall Street Journal pada Rabu, seraya menambahkan bahwa nantinya negara tersebut kemungkinan akan memperluas program itu untuk memasukkan vaksin vektor virus J&J. [Xinhua]