Para pejalan kaki berjalan melewati sebuah lokasi tes COVID-19 di dekat World Trade Center di New York, Amerika Serikat, pada 29 Maret 2022. (Xinhua/Wang Ying)
Tim peneliti yang didanai oleh NIH tersebut menunjukkan bahwa tes cepat antigen yang tersedia secara komersial dapat mendeteksi variant of concerndi masa lalu dan saat ini, dan mengidentifikasi potensi mutasi yang dapat memengaruhi kinerja tes di masa mendatang.
LOS ANGELES, 15 September (Xinhua) — Tim peneliti Amerika Serikat (AS) berhasil mengembangkan metode untuk mengevaluasi bagaimana mutasi pada SARS-CoV-2 dapat memengaruhi pengenalan antibodi yang digunakan dalam tes cepat antigen, menurut pernyataan Institut Kesehatan Nasional (National Institutes of Health/NIH) AS pada Kamis (15/9).
Di saat varian-varian baru virus SARS-CoV-2 terus bermunculan, muncul pula kekhawatiran tentang kinerja tes cepat antigen.
Tim peneliti yang didanai oleh NIH tersebut menunjukkan bahwa tes cepat antigen yang tersedia secara komersial dapat mendeteksi variant of concerndi masa lalu dan saat ini, dan mengidentifikasi potensi mutasi yang dapat memengaruhi kinerja tes di masa mendatang.
Karena sebagian besar tes cepat antigen mendeteksi protein nukleokapsid SARS-CoV-2, atau protein N, tim itu langsung mengukur bagaimana mutasi pada protein N memengaruhi kemampuan diagnostik antibodi untuk mengenali target mereka, menurut NIH.ting, dan penting untuk memastikan bahwa tes ini dapat mendeteksi virus SARS-CoV-2 karena virus ini terus bermutasi,” kata Bruce J. Tromberg, direktur Institut Nasional Pencitraan Biomedis dan Rekayasa Hayati AS.
“Jika mempertimbangkan siklus varian baru yang tanpa akhir, data dari studi ini akan berguna untuk tahun-tahun mendatang,” paparnya. [Xinhua]