Malalai Rahim Faizi (kedua dari kanan), dokter kepala rumah sakit bersalin terbesar di Afghanistan, mengunjungi seorang pasien di Rumah Sakit Malalai Zizhanton di Kabul, Afghanistan, pada 8 Februari 2022. (Xinhua/Saifurahman Safi)
Seorang juru bicara Kementerian Kesehatan Masyarakat Afghanistan mengatakan bahwa dahulu sebagian besar wanita di daerah pedesaan Afghanistan tidak memiliki pengetahuan tentang kanker serviks, dan kini negara itu telah mendirikan sejumlah pusat pengobatan kanker serviks di kota-kota besar, termasuk Kabul, Herat, dan Mazar-i-Sharif.
KABUL, 20 November (Xinhua) — Kementerian Kesehatan Masyarakat Afghanistan sedang berusaha mendirikan pusat-pusat pengobatan kanker serviks di seluruh negeri untuk mencegah kanker alat kelamin tersebut, menurut saluran televisi lokal TOLOnews mengutip seorang pejabat kesehatan pada Minggu (19/11).
Sharafat Zaman Amarkhil, juru bicara kementerian tersebut, mengatakan hampir 1.300 wanita Afghanistan menderita kanker serviks pada 2020 lalu, seraya menuturkan bahwa survei terbaru belum dilakukan.
“Melalui kesadaran publik, kami dapat menyampaikan kepada masyarakat panduan yang dapat kami rekomendasikan untuk mencegah kanker,” kata Amarkhil, seraya menambahkan bahwa dahulu sebagian besar wanita di daerah pedesaan Afghanistan tidak memiliki pengetahuan tentang jenis kanker ini, tetapi kini negara itu telah mendirikan sejumlah pusat pengobatan kanker serviks di kota-kota besar, termasuk Kabul, Herat, dan Mazar-i-Sharif.

Foto yang diabadikan pada 8 Februari 2022 ini menunjukkan bagian dalam Rumah Sakit Malalai Zizhanton di Kabul, Afghanistan. (Xinhua/Saifurahman Safi)
Kanker serviks merupakan kanker paling umum keempat yang menjangkiti wanita di seluruh dunia, dengan 604.000 kasus baru pada 2020. Sekitar 90 persen dari 342.000 kematian yang disebabkan oleh kanker serviks terjadi di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah, menurut laporan yang dirilis oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Jumat (17/11).
Menurut sebuah artikel yang diterbitkan dalam jurnal The Lancet Infectious Diseases pada Januari lalu, vaksinasi human papillomavirus (HPV), virus yang dapat memicu kanker semacam itu, hingga saat ini belum disertakan dalam program imunisasi nasional Afghanistan. [Xinhua]