WELLINGTON – Para pakar dari Selandia Baru menolak teori konspirasi bahwa COVID-19 bisa jadi berasal dari laboratorium, demikian dilaporkan New Zealand Herald pada Kamis (3/6).
“Bahkan, kita tidak tahu dari mana sebagian besar virus yang menginfeksi kita berasal,” kata Jemma Geoghegan, seorang ahli virus dari Universitas Otago, seperti dikutip surat kabar harian tersebut.
“Itulah mengapa kita perlu mengambil lebih banyak sampel virus di alam dan memperluas pengetahuan kita mengenai keragaman virus yang ada,” katanya.
Menurut Geoghegan, ada kemungkinan virus itu berpindah dari hewan ke manusia, mengingat “preseden kuat” virus corona telah menjadi zoonosis.
Senada dengan Geoghegan, David Hayman, seorang profesor ekologi penyakit menular di Massey University, juga percaya bahwa pandemi buatan laboratorium sangat tidak mungkin, karena tidak ada tanda genetik dari campur tangan manusia.
“Masyarakat harus benar-benar memahami bahwa virus memang melakukan rekombinasi. Misalnya, virus baru dari Malaysia yang baru-baru ini terdeteksi tampaknya merupakan rekombinan dari virus kucing dan anjing, yang sebelumnya juga tidak diketahui,” papar Hayman.
“Ada banyak data untuk mendukung ini menjadi fenomena alam,” katanya.
Pada Kamis yang sama, Ananish Chaudhuri, seorang profesor ekonomi eksperimental di Universitas Auckland, menerbitkan sebuah artikel di situs web pribadinya, yang mengatakan bahwa teori kebocoran laboratorium adalah “kampanye untuk mengisolasi China” dari negara-negara berkembang lainnya “yang pasarnya sangat diincar oleh negara-negara Barat.”
“Selama pandemi, negara-negara Barat secara jelas menunjukkan terhadap negara-negara berkembang bahwa dalam hal vaksin atau bantuan lain, mereka harus memenuhinya sendiri,” kata Chaudhuri.
“Satu-satunya pilihan layak yang tersisa adalah membuktikan kepada dunia bahwa China dengan sengaja melepaskan patogen ini,” katanya, seraya menambahkan bahwa kampanye semacam itu penuh dengan “desas-desus tak berdasar.”
“Para ilmuwan sebaiknya memikirkan dengan hati-hati sebelum meminjamkan kredibilitas mereka untuk kampanye hitam ini,” katanya. [Xinhua]