LONDON – Menteri Kesehatan (Menkes) Inggris Sajid Javid pada Senin (28/6) mengonfirmasi bahwa putusan final pelonggaran kebijakan karantina wilayah (lockdown) terkait virus corona di negara itu telah ditetapkan pada 19 Juli, seperti yang telah direncanakan.
Dalam pernyataan pertamanya di House of Commons, majelis rendah dalam Parlemen Inggris, sejak menjabat sebagai menteri kesehatan pada Sabtu (26/6) malam, Javid mengatakan: “Kami tidak melihat ada alasan untuk terus melaksanakan kebijakan lockdown setelah tanggal 19 Juli.”SAJID JAVID, Menteri Kesehatan Inggris: “Karena sebenarnya tidak ada tanggal yang kami pilih yang tidak berisiko untuk COVID-19. Kita tahu kita tidak bisa melenyapkannya begitu saja.
Kita harus belajar untuk hidup berdampingan dengannya. Kita juga tahu bahwa masyarakat dan bisnis membutuhkan kepastian. Jadi kami ingin setiap langkah menjadi mutlak.
Dan jangan salah, Mr. Deputy Speaker, pembatasan terhadap kebebasan kita harus diakhiri. Kita berutang kepada rakyat Inggris yang telah berkorban begitu banyak, untuk memulihkan kebebasan mereka secepat mungkin dan tidak membuat mereka menunggu lebih lama daripada yang semestinya.
Jadi Mr. Deputy Speaker, dengan angka kasus yang semakin membaik, sembari kita melindungi lebih banyak orang setiap harinya, 19 Juli tetap menjadi tanggal target kami.”Javid menyampaikan pernyataan itu saat Inggris melaporkan 22.868 kasus baru virus corona dalam periode 24 jam terakhir, tertinggi sejak 30 Januari tahun ini, menurut angka resmi yang dirilis pada Senin.Jumlah total kasus virus corona di negara itu kini mencapai 4.755.078.Inggris juga mencatatkan tiga kematian terkait virus corona, sehingga jumlah total kematian akibat COVID-19 di negara itu menjadi 128.103.
Angka-angka ini hanya mencakup kematian orang yang meninggal dalam waktu 28 hari setelah tes positif pertama mereka.Pernyataan Javid dilontarkan kurang dari 48 jam setelah ditunjuk sebagai menteri kesehatan menyusul pengunduran diri pendahulunya, Matt Hancock, pada Sabtu.
Hancock mengundurkan diri setelah mengakui bahwa dirinya melanggar protokol jaga jarak sosial COVID-19 selama dugaan perselingkuhan dengan ajudannya, yang memicu kemarahan publik negara itu.Johnson mengumumkan penundaan selama empat pekan terkait langkah final peta jalan Inggris guna mengakhiri pembatasan COVID-19 hingga 19 Juli, di tengah lonjakan kasus varian Delta yang pertama kali diidentifikasi di India.
Koresponden Kantor Berita Xinhua melaporkan dari London.(XHTV)