NANNING, Nina (6), seorang anak perempuan asal Laos yang mengidap talasemia, menggandeng tangan ayahnya di satu sisi dan seorang staf medis di sisi lainnya saat dia keluar dari ruang transplantasi sel punca di departemen hematologi Rumah Sakit Afiliasi Pertama Universitas Kedokteran Guangxi pada Kamis (7/3). Hari itu adalah hari ke-98 setelah Nina menjalani prosedur transplantasi sel punca hematopoietik (hematopoietic stem cell transplantation/HSCT). Setelah melakukan pemeriksaan dan pemantauan, semua indikator dinyatakan normal. Nina akhirnya pulih dan meninggalkan rumah sakit, dan kehidupan barunya pun dimulai.
Prosedur HSCT yang dijalani Nina merupakan kasus HSCT pertama untuk pasien talasemia berkewarganegaraan asing di Guangxi, dan itu juga merupakan upaya penyediaan layanan medis lintas perbatasan yang sukses di Rumah Sakit Afiliasi Pertama Universitas Kedokteran Guangxi.
Foto yang diabadikan pada 17 November 2023 ini menunjukkan Nina (6), seorang pasien talasemia asal Laos, bersiap menjalani transplantasi sel punca di Rumah Sakit Afiliasi Pertama Universitas Kedokteran Guangxi di Daerah Otonom Etnis Zhuang Guangxi, China selatan. (Xinhua)
Talasemia merupakan penyakit anemia hemolitik herediter yang disebabkan oleh berkurangnya atau hilangnya sintesis rantai peptida globin akibat mutasi atau penghapusan gen rantai peptida globin pada hemoglobin, yang sebagian besar ditemukan di negara-negara Mediterania dan India, Asia Tenggara, serta Guangdong, Guangxi, Hainan, Sichuan, dan sejumlah daerah lainnya di China.
Nina lahir di Laos pada 2018, dan dia didiagnosis menderita talasemia beta yang parah. “Pasien talasemia berat menjalani transfusi darah setiap bulan untuk bertahan hidup, dan zat besi akan disimpan pada berbagai organ dalam tubuh mereka setelah transfusi berulang, yang pada umumnya dikenal sebagai ‘kelebihan zat besi’, yang sebenarnya adalah ‘keracunan zat besi kronis’, yang akan menyebabkan kerusakan serius pada fungsi organ dan bahkan menyebabkan gagal jantung dan mengancam nyawa,” ujar Liu Rongrong, dokter kepala di Departemen Hematologi Rumah Sakit Afiliasi Pertama Universitas Kedokteran Guangxi.
Selama bertahun-tahun, Nina membutuhkan transfusi darah dan pengangkatan zat besi secara teratur. “Transplantasi sel punca hematopoietik alogenik” (allogeneic hematopoietic stem cell transplantation/allo-HSCT) saat ini merupakan satu-satunya cara untuk menyembuhkan talasemia mayor. Liu Rongrong mengatakan bahwa sejak tahun 1990-an, departemen hematologi rumah sakit tersebut telah melakukan prosedur HSCT untuk berbagai penyakit hematologi, dan mengambil peran utama pada 2012 di Guangxi untuk melakukan HSCT nondarah guna mengobati talasemia mayor, serta menyelesaikan HSCT semikompatibel pertama untuk mengobati talasemia mayor pada 2016.
![](https://cdn.wartabuana.com/wp-content/uploads/2024/03/view-7yg1GK.jpeg)
Seorang perawat di Rumah Sakit Afiliasi Pertama Universitas Kedokteran Guangxi di Daerah Otonom Etnis Zhuang Guangxi, China selatan, sedang merawat Nina (6), seorang pasien talasemia asal Laos yang menjalani pengobatan di rumah sakit tersebut. (Xinhua)
Keluarga Nina menghubungi Liu Rongrong pada Mei 2023 untuk menanyakan tentang HSCT. Setelah itu, Nina dan ayahnya dicocokkan dan keduanya memenuhi kriteria transplantasi sel punca hematopoietik alogenik haploid. Pada 17 November 2023, setelah pemeriksaan menyeluruh dan persiapan pratransplantasi lainnya, Nina dan ayahnya masuk ke unit transplantasi sel punca hematologi.
Kemoterapi prapengobatan, implantasi sel punca yang sukses … Selama periode ini, Nina mengalami reaksi gastrointestinal, demam tinggi berulang, ruam, radang perianal, dan sejumlah komplikasi lainnya. Namun, dengan perawatan yang cermat dari staf medis, gadis kecil itu berhasil mengatasi semua kesulitan tersebut. Komplikasi yang dialaminya secara bertahap dapat dikendalikan, dan indikator-indikatornya kembali stabil.
Pada hari kepulangan Nina, departemen hematologi rumah sakit itu menerima kartu ucapan terima kasih berjudul “Perjalanan Nina” (Nina’s Journey). “Terima kasih! Sekarang Nina sudah bebas dari penyakit ini, sudah tidak lagi membutuhkan transfusi darah, dan dapat tumbuh sebagai anak normal dengan masa depan yang cerah, yang sangat berarti bagi keluarga kami!” demikian tertulis pada kartu tersebut. Zhang Jie, direktur di departemen diagnosis dan perawatan internasional rumah sakit tersebut, mengatakan bahwa dalam proses rehabilitasi transplantasi berikutnya, rumah sakit tersebut akan menyiapkan staf medis untuk melakukan tindakan lanjutan dan intervensi manajemen rumah yang menyeluruh guna membantu Nina tumbuh dengan sehat.
![](https://cdn.wartabuana.com/wp-content/uploads/2024/03/view-NFG6st-scaled.jpeg)
Sejumlah perawat di Rumah Sakit Afiliasi Pertama Universitas Kedokteran Guangxi di Daerah Otonom Etnis Zhuang Guangxi, China selatan, sedang merawat Nina (6), seorang pasien talasemia asal Laos yang menjalani pengobatan di rumah sakit tersebut. (Xinhua)
“Layanan medis adalah bidang utama komunikasi antarmasyarakat, Guangxi dan negara-negara ASEAN memiliki spektrum penyakit yang serupa, dan kerja sama medis memiliki keunggulan geografis yang unik.” Chen Junqiang, selaku presiden Rumah Sakit Afiliasi Pertama Universitas Kedokteran Guangxi, mengumumkan bahwa pada Oktober 2020, “Platform Kerja Sama Medis Lintas Perbatasan China-ASEAN” resmi dirilis di Rumah Sakit Afiliasi Pertama Universitas Kedokteran Guangxi. Sebagai platform kerja sama yang terbuka untuk pasien dari negara-negara ASEAN, rumah sakit yang bekerja sama, dan penyedia layanan terkait, “Platform Kerja Sama Medis Lintas Perbatasan China-ASEAN” dapat menyediakan “layanan satu atap” medis lintas perbatasan, termasuk pembuatan janji temu pasien melalui aplikasi seluler, konsultasi jarak jauh internasional, transportasi lintas perbatasan, pembayaran dan penyelesaian transaksi internasional, manajemen diagnosis dan perawatan internasional, manajemen mitra, dan berbagai fungsi lainnya, serta mendukung bahasa nasional dari 10 negara ASEAN, mewujudkan layanan terpadu “pasien-rumah sakit-mitra” (patient-hospital-partner). [Xinhua]