NEW DELHI – Di saat Amerika Serikat (AS) telah menyetujui pemberian suntikan penguat (booster) COVID-19, hanya 3,5 persen warga Afrika yang sudah divaksinasi, demikian dilansir harian The Hindu pada Minggu (19/9).
Mengutip pernyataan Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus, surat kabar India tersebut menggarisbawahi ketimpangan distribusi vaksin COVID-19 di seluruh dunia.
Pada 14 September, Ghebreyesus mengungkapkan bahwa “sejauh ini, terdapat kurang dari 3,5 persen warga di Afrika yang telah mendapatkan vaksinasi lengkap, dibandingkan dengan angka 54 persen dari total populasi di AS,” tulis artikel itu.
“Semakin lama ketimpangan (distribusi) vaksin berlanjut, semakin banyak pula jumlah virus yang akan menyebar dan berubah, semakin lama pula gangguan sosial dan ekonomi berlangsung, dan semakin tinggi pula peluang kemunculan varian baru yang akan menjadikan vaksin kurang efektif,” ujar Ghebreyesus seperti dikutip surat kabar itu. Dia juga menggarisbawahi bahwa ancaman tersebut tidak hanya berlaku bagi Afrika, tetapi juga bagi seluruh dunia.
Menurut harian itu, ketimpangan distribusi vaksin di antara negara-negara berpendapatan tinggi dan rendah sangatlah mencolok.
“Lebih dari 75 persen jumlah vaksin yang ada telah disuntikkan di 10 negara saja … 60,1 persen warga di negara-negara berpendapatan tinggi telah mendapatkan vaksinasi setidaknya satu dosis hingga 15 September, sementara di negara-negara berpendapatan rendah, angkanya hanya 3 persen,” papar surat kabar itu.
Mengutip data kantor regional WHO di Afrika, harian itu menyebut 42 dari 54 negara di Afrika, atau hampir 80 persen, diprediksi akan gagal mencapai target mereka jika laju pengiriman vaksin dan vaksinasi seperti saat ini tetap bertahan.
Pada Juni, negara-negara G7 telah berjanji untuk mendistribusikan 870 juta dosis vaksin kepada COVAX namun baru mengeluarkan 100 juta, kata harian itu, seraya menambahkan bahwa meski negara-negara berpendapatan tinggi telah berjanji untuk menyumbangkan lebih dari 1 miliar dosis vaksin, realisasinya masih kurang dari 15 persen.
Koresponden Kantor Berita Xinhua melaporkan dari New Delhi. (XHTV)