NEW DELHI – Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan Keluarga India pada Sabtu (17/7) mengatakan bahwa tidak ada cukup bukti ilmiah untuk mengaitkan COVID-19 dengan peningkatan penyakit tuberkulosis (TBC) di negara itu.
“Akibat dampak dari pembatasan COVID-19, pemberitahuan kasus penyakit TBC menurun sekitar 25 persen pada 2020. Namun, upaya khusus tengah dilakukan guna mengurangi dampak ini melalui pencarian kasus yang intensif pada pengaturan departemen rawat jalan dan melalui kampanye pencarian kasus aktif di tengah masyarakat oleh semua negara bagian,” kata kementerian tersebut.
“Selain itu, tidak ada cukup bukti saat ini yang menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan kasus TBC akibat COVID-19 atau dari upaya pencarian kasus yang meningkat.”
Kementerian tersebut membantah laporan media setempat yang menuding bahwa peningkatan kasus TBC yang tiba-tiba ditemukan di antara pasien yang terinfeksi COVID-19 baru-baru ini.
“Hal ini telah diklarifikasi bahwa penapisan (screening) TBC bagi semua pasien positif COVID-19 dan penapisan COVID-19 untuk semua pasien yang didiagnosis dengan TBC telah direkomendasikan oleh Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan Keluarga India. Negara-negara bagian telah diminta untuk meningkatkan konvergensi demi pengawasan dan pencarian kasus TBC dan COVID-19 yang lebih baik, paling cepat pada Agustus 2020,” kata kementerian itu.
Menurut kementerian tersebut, morbiditas ganda TBC dan COVID-19 dapat disoroti lebih lanjut dengan fakta bahwa kedua penyakit tersebut diketahui bersifat menular dan terutama menyerang paru-paru, dengan gejala batuk, demam, dan kesulitan bernapas yang serupa, meskipun TBC memiliki masa inkubasi yang lebih lama dan onset penyakit yang lebih lambat.
“Infeksi SARS-CoV-2 dapat membuat seseorang lebih rentan dalam mengembangkan penyakit TBC aktif, karena TBC merupakan infeksi oportunistik seperti jamur hitam,” ujar kementerian itu. [Xinhua]