Seorang wanita meletakkan setangkai bunga di National COVID Memorial Wall di London, Inggris, pada 27 Maret 2022. (Xinhua/Li Ying)
Menurut data dari Our World In Data, sampai dengan 12 Juli, Inggris menjadi salah satu negara dengan kasus kematian akibat COVID-19 tertinggi di Eropa, dengan tingkat kematian sekitar 2.689 per satu juta orang, dibandingkan dengan 2.295 per satu juta orang di Spanyol, 2.230 per satu juta orang di Prancis, dan 1.704 per satu juta orang di Jerman.
LONDON, 14 Juli (Xinhua) — Total lebih dari 200.000 kematian akibat COVID-19 dilaporkan di seluruh Inggris, tunjuk data terbaru yang dirilis pada Rabu (13/7) oleh Kantor Statistik Nasional Inggris (Office for National Statistics/ONS).
Tonggak suram ini dicapai pada akhir Juni lalu, tetapi tidak diungkap hingga Rabu akibat keterlambatan pencatatan. Sampai awal Juli, tercatat total 200.247 kematian akibat COVID-19, kata ONS. Angka ini mencakup kematian akibat COVID-19 dan kematian yang melibatkan virus tersebut.
Pada pekan yang berakhir pada 1 Juli 2022, sebanyak 11.828 kematian tercatat di Inggris, atau 12,1 persen di atas rata-rata lima tahunan (1.278 kematian berlebih atau excess death), kata ONS.
Hingga awal Januari 2021, lebih dari 100.000 kematian akibat COVID-19 tercatat di seluruh Inggris. Dibutuhkan waktu lebih dari satu setengah tahun bagi angka kematian tersebut untuk mencapai dua kali lipat. Berkat pemberian vaksinasi, pemahaman yang lebih baik tentang cara menangani virus tersebut, maupun kebijakan jaga jarak sosial, angka kematian bisa ditekan menjadi lebih rendah, papar surat kabar Inggris The Guardian.

Sejumlah wisatawan berjalan kaki di Parliament Square di London, Inggris, pada 11 Juli 2022. (Xinhua/Stephen Chung)
Menurut data dari Our World In Data, sampai dengan 12 Juli, Inggris menjadi salah satu negara dengan kasus kematian akibat COVID-19 tertinggi di Eropa, dengan tingkat kematian sekitar 2.689 per satu juta orang, dibandingkan dengan 2.295 per satu juta orang di Spanyol, 2.230 per satu juta orang di Prancis, dan 1.704 per satu juta orang di Jerman.
Tingkat kematian berlebih (excess mortality rate) di negara tersebut juga lebih tinggi dibanding rata-rata negara Eropa lainnya yang berada di angka 2.070 per satu juta orang, lebih dari dua kali lipat daripada Jerman yang berada di angka 1.110 per satu juta orang.
Setelah tes tidak lagi gratis, data kasus didapatkan terutama melalui survei infeksi mingguan ONS. Di dalam rilis terbaru survei tersebut, persentase orang yang teruji positif COVID-19 terus meningkat di seluruh Inggris, yang kemungkinan besar disebabkan oleh kenaikan infeksi varian Omicron BA.4 dan BA.5.
Pada akhir Juni, tingkat infeksi COVID-19 di Inggris naik lebih dari 30 persen dalam sepekan, dengan estimasi 2,3 juta orang terinfeksi penyakit ini.
Dalam wawancara baru-baru ini dengan Xinhua, Profesor Lawrence Young, seorang pakar virologi sekaligus profesor onkologi molekuler di Universitas Warwick, mengatakan bahwa tingkat infeksi subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 di Inggris kemungkinan akan segera mencapai puncaknya.
“Melihat tingkat infeksi yang ada di Inggris sekarang, ini menjadi pengingat bahwa kita tidak sedang dalam fase pascapandemi COVID-19, berkebalikan dengan yang diyakini oleh sebagian orang. Saat ini, kita melihat kenaikan pada jumlah pasien rawat inap,” tutur Young. [Xinhua]