LONDON – Tambahan 1.712 orang di Inggris dinyatakan positif COVID-19, angka harian terendah sejak awal September tahun lalu, menurut data resmi yang dirilis Minggu (25/4).
Kasus-kasus baru ini menambah total kasus virus corona di negara tersebut menjadi 4.404.882.
Inggris juga melaporkan 11 kematian baru terkait virus corona. Total kematian terkait virus corona di Inggris kini berada di angka 127.428. Jumlah tersebut hanya mencakup kematian orang yang meninggal dalam 28 hari sejak pertama kali dinyatakan positif.
Data di atas diungkap setelah hampir dua pekan sejak toko-toko nonesensial dan restoran luar ruangan (outdoor) kembali dibuka di Inggris. Data yang dirilis pada akhir pekan biasanya lebih rendah lantaran keterlambatan pelaporan di beberapa wilayah.
Sementara itu, lebih dari 33,6 juta orang telah mendapatkan suntikan dosis pertama vaksin virus corona, menurut data resmi terbaru.
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson membenarkan bahwa sebagian besar pakar ilmuwan berpendapat bahwa akan ada gelombang wabah virus corona berikutnya di suatu waktu tahun ini dan warga Inggris harus belajar untuk hidup berdampingan dengan virus tersebut.
Namun demikian, Johnson mengatakan bahwa tidak ada data ilmiah yang merekomendasikan bahwa Inggris harus mengubah rencana pelonggaran lockdown-nya.
Di Inggris, semua toko kembali dibuka mulai 12 April setelah pelonggaran lockdown diterapkan, demikian pula dengan salon tata rambut, salon kecantikan, dan layanan lain yang melibatkan kontak jarak dekat.
Restoran dan pub diizinkan melayani makanan dan alkohol bagi pelanggan yang duduk di luar ruangan (outdoor). Sementara itu, pusat kebugaran, spa, kebun binatang, taman hiburan, perpustakaan, dan pusat kegiatan masyarakat lain diizinkan dibuka.
Pada 17 Mei mendatang, restoran dan pub akan diizinkan melanjutkan kembali layanan dalam ruangan (indoor) dan sebagian besar larangan berkumpul di luar ruangan akan dicabut.
Rencana empat tahap yang diluncurkan pemerintah Inggris diperkirakan akan menghapus semua pembatasan resmi di negara tersebut pada pertengahan Juni nanti.
Para pakar telah memperingatkan bahwa meskipun peluncuran vaksin mencatatkan kemajuan, Inggris “masih belum bebas dari bahaya” di tengah kekhawatiran atas varian baru, khususnya varian yang pertama kali muncul di Afrika Selatan, Brasil, dan India, serta gelombang pandemi ketiga di benua Eropa.
Demi mengembalikan kehidupan ke kondisi normal, berbagai negara, seperti Inggris, China, Rusia, Amerika Serikat, serta Uni Eropa, berlomba-lomba dengan waktu untuk meluncurkan vaksin virus corona. [Xinhua]