NEW DELHI – Regulator obat-obatan India, Drugs Controller General of India (DCGI), telah mengeluarkan izin untuk penelitian terkait mencampur pemberian vaksin COVID-19 Covishield dan Covaxin, kata pejabat terkait pada Rabu (11/8).
Studi dan uji klinis tersebut akan dilakukan oleh Christian Medical College (CMC) Vellore di Tamil Nadu.”Izin telah diberikan untuk studi penelitian oleh CMC Vellore (Tamil Nadu) tentang mencampur dosis vaksin,” kata V.K. Paul, anggota bidang kesehatan lembaga pemikir pemerintah National Institution for Transforming India (NITI) Aayog (komisi) dalam jumpa pers pada Selasa (10/8).
Para pejabat terkait mengatakan penelitian tersebut akan berbeda dari yang dilakukan oleh Dewan Penelitian Medis India (Indian Council of Medical Research/ICMR), yang mengatakan bahwa mencampur dua macam vaksin COVID-19 akan memberikan hasil keamanan dan imunogenisitas yang lebih baik.Covishield dan Covaxin adalah dua vaksin COVID-19 utama yang diberikan kepada warga di India.Studi ICMR tentang mencampur jenis vaksin dilakukan pada 18 orang, yang secara tidak sengaja menerima dosis Covishield dan Covaxin di Siddharth Nagar, Negara Bagian Uttar Pradhesh, pada Mei tahun ini.
Penduduk desa tersebut menerima Covaxin setelah pada dosis pertama mendapat Covishield.Studi itu belum melalui proses penelaahan sejawat.Menurut temuan studi ICMR, imunisasi dengan kombinasi vaksin berbasis platform vektor adenovirus dan diikuti dengan vaksin virus utuh nonaktif tidak hanya aman, tetapi juga menghasilkan imunogenisitas yang lebih baik.Covishield, diproduksi oleh Institut Serum India (Serum Institute of India/SII) di Pune, adalah vaksin dengan platform vektor adenovirus, sementara Covaxin, dikembangkan dan diproduksi oleh Bharat Biotech dan ICMR, adalah vaksin virus utuh.
Koresponden Kantor Berita Xinhua melaporkan dari New Delhi. (XHTV)